Laman

Rabu, 30 Juni 2010

tafsir dimensional manusia

PEMBAHASAN
1. Q.S. Ar-Rum:20-21



Pada ayat ini Allah menarik perhatian manusia kepada keadaan yang berada disekelilingnya, sejak dari dirinya sendiri sampai kepada pergaulannya di tengah bangsa-bangsa. Dengan memperingatkan adanya tanda-tanda kebesaran Allah ini, sampailah manusia kepada kesimpulan tentang pasti adanya Maha Pencipta, Maha pengatur, Maha Bijaksana, Maha Perkasa disertai Maha Pengasih dan Maha penyayang.
”Kemudian tiba-tiba kamu (menjadi) manusia yang berkembang biak.” Jadi, asal kita adalah dari tanah, kemudian dari air mani, lalu menjadi segumpal darah, dan menjadi tulang yang kemudian tulang-tulang itu dibungkus dengan daging, kemudian ditiupkan kedalamnya ruh, sehingga menjadi makhluk yang dapat mendengar dan melihat.
Begitulah asal mula manusia itu bertebaran dimuka bumi ini, manusia berkembang biak dimuka bumi ini, ada yang berlayar dari pulau ke pulau, ada yang menjadi ahli fikir terbesar dan ahli filsafat, ada manusia yang baik dan buruk, ada yang kaya dan miskin. Namun dia, manusia berkembang biak terus menerus dimuka bumi.
Kemudian Allah berfirman pada ayat berikutnya:


Kemudian pada ayat ini (Q.S. Ar-Rum:21), Allah SWT menjelaskan bahwa diantara tanda-tanda kebesaran-Nya, Dia menciptakan istri-istri bagi kaum laki-laki dari diri mereka sendiri, artinya dari bahan sejenis, yaitu air mani. Tidak seperti manusia pertama, yang diciptakan dari tanah, dan istrinya diambilkan dari bagian badannya.
Firman Allah yang artinya: ”Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri” adalah sebagai penegasan bahwa pada hakikatnya manusia adalah satu atau sama, sekalipun berbeda warna kulit dan kebangsaannya. Dalam Surat An Nisa ayat 1 ditegaskan pula bahwa manusia diciptakan dari jenis yang sama, karena nantinya akan dipasangkan satu sama lainnya, dan tidaklah mungkin manusia dipasangkan dengan binatang. Kemudian, Allah mempertemukan dan menjodohkan laki-laki dan perempuan, agar mereka menjadi tenang dan tenteram. Maka, sangatlah aneh, bila laki-laki menikah dengan laki-laki, perempuan menikah dengan perempuan, padahal tujuan utama dalam pernikahan adalah untuk melestarikan dan meneruskan adanya keturunan, disamping terciptanya ketenangan dan ketentraman.
Akhirnya ayat tersebut, ditutup dengan firman-Nya yang artinya sebagai berikut: ”Sungguh, pada yang demikian itu, benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berfikir”. Allah SWT menyuruh kita berfikir ulang. Betapa sedihnya jika manusia tidak mempunyai rasa kasih sayang, betapa sedihnya jika tidak ada syariah yang mengatur kehidupan dalam bermasyarakat, niscaya akan timbul perpecahan, pertikaian, bahkan permusuhan yang akan mengakibatkan terjadinya pembunuhan.
2. Q.S. AL ISRAA: 70


Setelah menggambarkan anugerah-Nya ketika berada di laut dan di darat, baik terhadap yang taat maupun yang durhaka, ayat ini menjelaskan sebab anugrah itu, yakni karena manusia adalah makhluk unik yang memiliki kehormatan dalam kedudukannya sebagai manusia, baik ia beragama ataupun tidak. ”Dan sesungguhnya telah Kami muliakan Anak-Anak Adam itu.” (pangkal ayat 70). Banyak sekali kemuliaan yang diberikan kepada anak Adam. Yang terutama ialah diberi akal dan pikiran.
”Dan kami lebihkan mereka daripada kebanyakan makhluk Kami, dengan sebenar-benar kelebihan” (ujung ayat 70). Sebenar-benar kelebihan itu dapat dilihat pada kemajuan hidup manusia, bertambah lama bertambah maju, dari gua batu sampai bertani, menangkap ikan dan sampai berniaga dari pulau ke pulau, benua ke benua dan sampai terbang di udara menyelam di laut, dan di zaman mutakhir ini telah sampai ke bulan.
Mengenai harkat manusia , bila bersifat spiritual dan diperoleh bersama dengan Allah, maka harkat seperti itu merupakan milik eksklusif orang-orang bijak. Al-Quran mengatakan ”Sesungguhnya yang paling mulia diantaramu adalah orang-orang yang paling bertakwa.” (QS.AL-HUJURAT:13).
Yang dimaksud karrama dalam ayat diatas barangkali adalah kedua dari keutamaan manusia. Kehormatan manusia terletak pada penciptaan, kecerdasan, akal, dan bakatnya. Juga dikarenakan dirinya memiliki hukum-hukum tuhan, kepemimpinan para imam maksum, dan bahwa para malaikat bersujud padanya.
3. Q.S. AL-A’RAAF: 31


Ayat ini mengajak sekalian kaum adam atau manusia untuk memakai pakaian yang menutupi aurat minimal. Baik di dalam maupun di luar mesjid. Masjid dalam artian bangunan khusus, atau arti yang luas yaitu bumi Allah. Dan, makanlah makanan yang halal dan baik. Serta minumlah apa saja yang kamu sukai selama itu tidak memabukkan dan juga tidak menggangu kesehatan. Dan janganlah berlebih-lebihan dalam segala hal, terutama dalam beribadah dengan menambahkan rukun-rukunnya. Demikian juga dalam hal makanan dan minuman atau apa saja. Karena Allah tidak menyukai, yakni tidak melimpahkan rahmat dan pengajarannya bagi orang-orang yang berlebih-lebihan dalam hal apapun.
Pada buku Ibnu Kutsir, ayat ini merupakan bantahan terhadap kaum musyrikin yang melakukan thawaf di Baitullah sambil telanjang secara sengaja. Maka Allah berfirman ”Hai anak Adam, pakailah perhiasanmu setiap kali masuk masjid”. Yang dimaksud dengan perhiasaan disini adalah pakaian yang menutupi aurat. Berdasarkan ayat ini dan sunnah yang semakna dengan ayat itu, maka disunatkan untuk mempercantik setiap kali akan melakukan sholat.
Penggalan akhir ayat ini merupakan salah satu prinsip yang diletakkan agama menyangkut kesehatan dan diakui pula oleh para ilmuan terlepas apapun pandangan hidup agama mereka.
Perintah makan dan minum, lagi tidak berlebih-lebihan, yakni tidak melampaui batas, merupakan tuntutan yang harus disesuaikan dengan kondisi setiap orang. Ini karena kadar tertentu yang dinilai cukup untuk seseorang,boleh jadi telah dinilai melampaui batas atau belum cukup untuk orang lain. Atas dasar itu kita dapat berkata bahwa penggalan ayat tersebut mengajarkan sikap proporsional dalam makan dan minum.

TINJAUAN PSIKOLOGI

Manusia sebagai makhluk tuhan yang istimewa, yang menyandang gelar sebagai khalifah allah di atas muka bumi yang diciptakan Tuhan melebihi dari makhluk-makhluk yang lainnya. Al-Quran menjelaskan bahwa manusia diciptakan dari tanah kemudian setelah sempurna kejadiannya, Tuhan menghembuskan kepadanya ruh ciptaannya. Dengan tanah manusia dipengaruhi dengan kekuatan alam seperti makhluk-makhluk lain, sehingga butuh makan, minum, dll.
Potensi yang dimiliki manusia, yang diberikan Allah SWT adalah:
• Manusia mengetahui nama-nama dan fungsi benda-benda alam
• Manusia mempunyai derajat yang sangat tinggi sebagai khalifah Allah
• Manusia dapat mengadakan hubungan dan mengenal Tuhan
• Manusia memiliki akal sebagai kemampuan khusus karena dengan akal tersebutlah manusia dapat mengembangkan ilmunya.
Secara ringkas, dimensional manusia menurut:
 Hakikatnya adalah :
a. Sebagai makhluk biologis
b. Sebagai makhluk pribadi
Al-Quran menerangkan bahwa manusia mempunyai potensi akal untuk berfikir secara rasional dalm mengarahkan hidupnya kearah maju dan berkembang. Dimana ia memiliki kesadaran diri dan memiliki kebebasan untuk menentukan pilihan serta tanggung jawab.
c. Sebagai makhluk sosial
Manusia membutuhkan keterlibatan untuk menjalin hubungan dengan sesamanya, yaitu silaturahmi.
d. Sebagai makhluk religius
Manusia lahir sudah membawa fitrah, yaitu potensi nilai-nilai keimanan dan kebenaran hakiki.
 Fisiknya adalah :
Sebagai pribadi sehat, yaitu pribadi yang mampu mengatur diri dalam hubungannya dengan :
a. Diri sendiri
Yaitu dengan mengendalikan dorongan nafsu dan memiliki kebebasan yang bertanggung jawab.
b. Orang lain
Yaitu dengan bersikap saling memberi dan menerima (tolong-menolong).
c. Lingkungan
Yaitu pribadi yang memiliki rasa peduli, menjaga, dan memelihara kelestarian lingkungannya.
d. Allah SWT
Yaitu pribadi yang selalu meningkatkan keimanannya, yang dibuktikan dengan melaksanakan ibadah dengan benar dan ikhlas serta menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.



KESIMPULAN

Allah SWT sebagai sang pencipta jagad raya ini, ingin menunjukkan kepada manusia, betapa Allah SWT adalah sang pencipta yang sangat sempurna karena Dia menciptakan manusia dari tanah.
”Dan Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.” (Q.S. At-Tin:4)
Sebagai manusia yang pertama kali diciptakan, Nabi Adam as. Membutuhkan seorang pendamping yang dapat menentramkan hati dan menyejukkan jiwa, maka diciptakanlah Siti Hawa dari tulang rusuk beliau.
Pada tahap pencitaan manusia selanjutnya, Allah SWT tidak lagi membentuk tanah liat dan meniupkan ruh kedalamnya, melainkan melalui hubungan biologis 2 manusia pertama yaitu Nabi Adam dan Siti hawa.
Allah SWT telah menjelaskan tahapan-tahapan yang dilalui seorang manusia sebelum dilahirkan ke dunia ini, sebagaimana yang telah disebutkan dalam Al-Quran surat Al-Mu’min: 12-14.
Allah SWT juga menjelaskan dimensi waktu yang dilalui manusia selama hidup di alam fana ini. Allah SWT berfirman:
“kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, Kemudian (dengan berangsur-angsur)kamu sampailah kepada kedewasaan, dan diantara kamu ada yang diwafatkan dan (adapula) diantara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya.” (Al-Hajj:5)
Secara garis besar, fase perkembangan dan dimensi waktu yang dilalui seorang manusia adalah:
Tanah (saripati makanan) – air mani – segumpal darah – segumpal daging – tulang belulang – dibungkus lagi dengan daging dan kulit – jadilah seorang bayi – dewasa – tua – wafat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar