Laman

Kamis, 07 April 2011

studi kasus klinis 2011

TUGAS PSIKOLOGI KLINIS !

Kasus:

R adalah remaja berusia 15 tahun, kelas 3 SMP. Anak pertama dari tiga bersaudara. R berasal dari keluarga menengah ke atas. Sudah lima bulan ini ia mogok sekolah tanpa alasan yang jelas. Sehari-hari ia hanya berada dirumah, makan, nonton, dan tidur. Jika ditanya dia tidak menjawab dan hanya menangis. Prestasi R di sekolah tidak terlalu bagus, nyaris tidak naik kelas. Setelah libur kenaikan kelas, R sempat bersekolah selama satu bulan kemudian ia mulai menciptakan berbagai alasan untuk tidak masuk sampai sekarang.

Analisis:

1. Pendekatan Psikoanalisis

Asumsi dasar dalam teori ini yaitu tingkah laku manusia ditentukan oleh impuls, keinginan, motif, dan konflik yang bersifat intrapsikis dan terkadang berada diluar kesadaran. Faktor intrapsikis dapat menyebabkan perilaku normal dan abnormal. Dasar dari tingkah laku sudah terbentuk sejak masa kecil melalui kepuasan atau frustasi kebutuhan dasar. Hubungan awal dengan keluarga, teman sebaya, dan figur otoritas lainnya sangat diperhatikan. Jadi dalam kasus ini kemungkinan terjadi karena beberapa faktor diatas seperti salah satunya bagaimana hubungan awal si R dengan keluarga, teman-temannya, gurunya ataupun figur otoritas lainnya. Kesan pertama atau persepsi pertama yang R dapat mengenai orangtua, teman-teman, dan juga gurunya bisa mempengaruhi tingkah lakunya saat ini.

Seperti mengenai ia mogok sekolah dan prestasinya yang rendah. Itu kemungkinan ada kaitannya dengan hubungannya dengan teman-temannya di sekolah yang kurang baik. Sehingga perilaku seperti itu yang muncul. Untuk menekan atau mengalihkan apa yang berada di dalam id maka ia menjadi malas sekolah. Hal tersebut agar terlihat wajar dan tidak terlalu mencolok bahwa ia mempunyai hubungan tidak baik dengan teman-temannya. Tapi dalam hal ini bisa juga ditambah karena faktor gurunya dan juga orangtuanya yang kurang memperhatikan perkembangan dirinya secara akademis. Sehingga apa yang dia harapkan ternyata tidak didukung oleh realitas yang ada.

Ia tidak pernah keluar rumah, ia lebih suka beraktivitas di dalam rumah seperti makan, tidur, dan nonton itu merupakan pengalihan terhadap konflik batinnya. Secara tidak langsung ia ingin menekan perasaan sedih, marah dan kecewanya terhadap dirinya yang tidak mampu mengatasi inferioritinya tersebut agar terlihat wajar dalam realitasnya.

2. Pandangan Behaviorisme

Asumsi dasar dalam teori ini adalah bagaimana respon individu terhadap stimulus yang ada. Stimulus diberikan secara terus menerus lalu individu akan mempelajarinya. Dan dalam teori ini juga dijelaskan bagaimana cara mempertahankan atau menghilangkan perilaku yang muncul dengan reinforcement dan juga punishment. Dalam pandangan behavior kasus ini bisa terjadi dikarenakan faktor lingkungan.

Lingkungan keluarga si R misalnya. Si R memang berasal dari keluarga menengah ke atas. Secara materi ia berlebihan, apapun yang ia mau orangtuanya dapat mewujudkannya. Sehingga ia termanjakan oleh materi. Saat ia minta ini itu orangtuanya dapat mewujudkannya. Saat ia membuat kesalahan pun orangtuanya tidak protes ataupun marah, cuek saja. Tapi dalam lingkungan sekolah ternyata berbeda. Saat ia mendapat nilai buruk ataupun melakukan kesalahan yang ia dapat justru hukuman. Tapi saat ia mendapat nilai baik justru tidak ada yang memperdulikannya terutama orangtuanya. Ini membuat perilakunya menjadi buruk dan membuat dia mempertahankan perilakunya yang malas sekolah tersebut. Karena saat ia melakukan perbuatan baik, lingkungan tidak memberikan respon apapun. Sehingga ia merasa apa yang ia perbuat bukan suatu kesalahan yang besar. Ini membuat motivasi sekolahnya menjadi rendah. Tidak ada figur yang baik yang dapat ia contoh. Apalagi saat pertama kali ia membuat alasan untuk tidak masuk sekolah kemungkinan orangtuanya membiarkannya saja sehingga ia lebih suka berada di rumah daripada di sekolahnya yang mungkin menurutnya tidak ada yang memperdulikan perkembangan akademis dia di sekolahnya. Dan kemungkinan teman-temannya memandang dia juga sebelah mata lantaran ia bodoh dan jarang berada di kelas untuk berinteraksi dengan teman-temannya. Ini membuat ia lebih menyukai beraktivitas di rumah seperti makan, nonton, dan tidur.

3. Pandangan Humanistik

Teori humanistik menekankan pada usaha individu untuk mencapai aspek-aspek positifnya. Inti dalam teori ini adalah bagaimana cara individu mengaktualisasikan dirinya. Individu yang telah mencapai aktualisasi diri tidak harus lebih bahagia, lebih sehat atau lebih populer dari kebanyakan orang, tetapi mereka menjadi individu yang lebih ingin tahu, toleran, spontan, penuh perhatian dan yang terpenting adalah mampu menerima diri sendiri dibandingkan orang kebanyakan.

Dalam kasus ini R dalam kebutuhan fisiologis sudah dapat terpenuhi dikarenakan R berasal dari keluarga menengah ke atas. Tapi secara psikologis kemungkinan kebutuhannya belum terpenuhi. Ini bisa di lihat dari beberapa faktor seperti orangtuanya yang terlalu sibuk sehingga kurangnya perhatian dan kasih sayang orangtua terutama dalam bidang akademisnya. Ini membuat perilakunya agak menyimpang di sekolah. Ia jadi malas sekolah dan prestasinya pun kurang bagus. Ini juga membuat dirinya tidak bisa memenuhi kebutuhan pada tingkat selanjutnya karena terhalang oleh kebutuhan psikologisnya.

Kalau mengenai mengapa si R lebih suka berada di rumah dibanding di luar rumah kemungkinan dikarenakan ia mempunyai konsep diri yang rendah dikarenakan prestasinya yang kurang bagus di sekolah, dan juga orangtuanya yang tidak pernah memperdulikan kondisi psikologisnya. Sehingga ia lebih suka di rumah dibandingkan di luar rumah. Atau bisa juga dikarenakan faktor teman-temannya yang bukan memberikan support dan kenyamanan terhadap dirinya yang memang butuh banyak dukungan secara psikologis. Teman-temannya justu malah membuatnya semakin menyalahkan dirinya sendiri akan ketidakmampuannya dalam mengaktualisasikan dirinya tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar