Laman

Kamis, 30 Desember 2010

Kurang Vitamin D, Bayi Rentan ISPA Rabu, 29 Desember 2010 | 11:22 WIB

Kompas.com - Infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) merupakan segala bentuk infeksi yang disebabkan oleh bakteri atau virus. Infeksi saluran napas ini juga bisa terjadi pada bayi baru lahir, terutama bayi yang kekurangan vitamin D.

Gejala yang mungkin timbul akibat ISPA antara lain batuk, pilek, serta demam. Tak jarang juga bayi mengalami muntah dan diare. Semakin cepat ditangani, bayi bisa pulih seperti sedia kala.

Menurut sebuah penelitian, di usia tiga bulan bayi yang kekurangan vitamin D, beresiko dua kali lebih besar menderita ISPA. " Kaitan antara vitamin D dan nafas menciut bisa menjadi gejala penyakit saluran napas, bukan cuma asma tapi juga ISPA," kata Dr.Carlos Camargo, peneliti yang melakukan riset mengenai ISPA pada bayi.

Ia mengatakan meski vitamin D sering dikatikan dengan kesehatan tulang, namun vitamin ini sangat penting untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh.

Dalam penelitian yang dilakukan Camargo diketahui anak yang lahir dari ibu yang cukup vitamin D selama kehamilan lebih jarang mengalami batuk dan nafas berbunyi dibanding bayi dari ibu yang kekurangan vitamin D. Penelitian ini dilakukan terhadap 922 anak yang mengambil bagian dalam New Zealand Asthma and Allergy Cohort Study.

Sumber : LiveScience

Membangkitkan Mood di Hari Buruk

tif merusak suasana hati Anda. Sebab, ada sejumlah trik yang dapat dilakukan untuk membuat Anda tetap tersenyum dan optimistis menghadapi sisa hari.

Gretchen Rubin, penulis 'The Happiness Project' membagikan sejumlah tipsnya untuk mencerahkan suasana hati. Berikut ini beberapa di antaranya:

Kendalikan nafsu
Tahan diri untuk memanjakan diri sendiri. Sering kali, hal-hal yang kita pilih sebagai pelampiasan untuk memperbaiki mood, justru tidak berdampak baik. Kesenangan yang Anda raih dari belanja atau makan gila-gilaan biasanya hanya bertahan sesaat. Tapi, perasaan bersalah, hilang kendali, dan berbagai konsekuensi negatif lainnya justru bisa memperburuk suasana hati di sepanjang sisa hari.

Berbuat baik
Lakukan sesuatu yang manis dan berarti bagi orang lain. Berbuat baik dan tidak mementingkan diri sendiri, bisa membuat Anda merasa lebih puas dan bahagia.

Alihkan perhatian
Jangan membuat diri sendiri terpuruk dengan membenamkan diri dalam perasaan kesal dan sedih. Alihkan perhatian sebentar dari kekusutan pikiran. Misalnya dengan menikmati teh hangat, membaca buku favorit, menonton film, atau mengobrol ringan bersama teman-teman.

Ketenangan batin
Raih ketenangan batin dengan melakukan hal-hal kecil, seperti membersihkan lemari pakaian yang penuh sesak atau membereskan meja kerja yang berantakan. Perasaan yang tercipta setelah melihat kemajuan, kontrol, serta ketertiban dapat memberikan kenyamanan yang dibutuhkan.

Bersyukur
Pikirkan hal-hal lain yang Anda miliki selain kejadian-kejadian buruk yang menimpa diri. Setidaknya, Anda masih bisa bermain dengan buah hati di rumah, bercengkrama dengan kekasih, atau menikmati malam yang seru dengan para sahabat.

Perspektif
Tanyakan pada diri sendiri, akankah persoalan tersebut masih akan menjadi masalah dalam waktu sebulan atau setahun lagi?(MI/*)

Obesitas Sulitkan Penyerapan Vitamin D

Satu lagi kerugian jika seseorang kegemukan. Semakin gemuk seseorang, maka makin rendah kadar vitamin D pada tubuh, demikian laporan studi yang dilakukan para peneliti Norwegia.

Studi tersebut menemukan bahwa terjadi hubungan kebalikan antara kelebihan berat badan dan tidak memadainya jumlah vitamin D, yang penting untuk kesehatan sel, penyerapan kalsium dan fungsi imunitas. Kekurangan vitamin D bisa meningkatkan risiko terjadinya pemburukan tulang dan kanker jenis tertentu.

Para peneliti juga menegaskan bahwa orang yang kelebihan berat badan dan kegemukan mungkin memiliki masalah dalam memproses vitamin dengan baik, demikian menurut studi yang dipublikasikan di Journal of Nutrition edisi Januari 2011.

Tim tersebut mencatat bahwa vitamin D awalnya diserap (melalui paparan sinar matahari atau konsumsi makanan seperti minyak ikan dan susu terfortifikasi), tubuh kemudian akan mengonversinya ke bentuk yang bisa dimanfaatkan, disebut 1,25-dihydroxyvitamin D. Namun demikian proses konversi ini tampaknya terganggu pada orang-orang yang gemuk, sehingga tubuh gagal mendapatkan asupan vitamin D yang memadai.

Untuk menyelidiki dampak obesitas terhadap penyerapan vitamin D, para peneliti menghabiskan 6 tahun untuk meneliti jejak 1.464 perempuan dan 315 laki-laki, dengan usia rata-rata 49 tahun. Didasarkan pada indeks massa tubuh (BMI) peserta, sebuah indikator lemak tubuh yang dihitung dari berat badan dan tinggi, rata-rata partisipan cenderung mengalami kegemukan. Sekira 11% bahkan masuk kategori ‘sangat gemuk’.

Dari studi diketahui bahwa kadar vitamin D ditemukan di bawah rata-rata yang dinyatakan sehat. Pada akhir studi ditemukan bahwa secara umum kadar vitamin D menurun secara bermakna saat terjadi kenaikan BMI sebesar 5%.

Para tim riset menyimpulkan bahwa memiliki berat badan di atas normal, lemak tubuh dan BMI dikaitkan dengan profil vitamin D yang rendah. Misalnya, orang dengan BMI terendah memiliki kadar vitamin D 14% lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang memiliki BMI tinggi.

Peneliti menyarankan orang yang kelebihan berat badan dan kegemukan kemungkinan dapat dibantu dengan suplementasi vitamin D dan lebih banyak terkena sinar matahari.(go4/*)

http://www.metrotvnews.com/read/news/2010/12/31/38188/Obesitas-Sulitkan-Penyerapan-Vitamin-D/

Senin, 27 Desember 2010

Cegah Uban Tumbuh Lebih Cepat

VIVAnews - Secara alami, uban memang akan tumbuh seriring bertambahnya usia. Tetapi, jika usia Anda masih kepala tiga dan uban sudah mulai tumbuh uban bisa jadi ada masalah dalam asupan nutrisi.

Selain itu, kondisi psikologis dan genetik juga berpengaruh pada tumbuhnya uban pada seseorang yang masih berusia muda. Untuk mencegah tumbuhnya uban secara dini, ada lima langkah yang bisa Anda lakukan.

1. Konsumsi vitamin B12

Perbanyak konsumsi makanan yang mengandung vitamin B12. Anda bisa mendapatkan dengan mengonsumsi suplemen atau dari bahan makanan seperti keju, daging sapi atau ikan. Kekurangan vitamin B12 bukan hanya membuat Anda anemia tetapi juga uban jadi tumbuh lebih cepat.

2. Buttermilk

Selain vitamin B12, Anda juga bisa mengonsumsi buttermilk. Minum setiap pagi secara teratur.

3. Pijatan di kulit kepala

Lakukan pijat kepala menggunakan minyak kelapa. Anda bisa menghangatkannya dulu lalu aplikasikan di kulit kepala dengan memberikan pijatan lembut. Setelah dipijat diamkan selama 5-10 menit, kemudian bersihkan dengan sampo.

4. Masker rambut

Bukan hanya creambath dan pijatan di kulit kepala, lakukan juga masker pada rambut secara teratur. Bukan hanya membuat rambut terlihat lebih bersinar tetapi juga nutrisinya langsung menyerap pada akar rambut. Sehingga, rambut jadi lebih sehat, tak mudah rontok dan mencegah tumbuhnya uban.

5. Kurangi penggunaan zat kimia

Bahan kimia pada produk pewarnaan rambut juga bisa membuat rambut mengalami penuaan dini. bukan terlihat kering dan kusam, uban juga bisa tumbuh lebih cepat. Jadi, jika sebaiknya jangan terlalu sering gonta-ganti warna rambut.


oleh:By Petti Lubis, Mutia Nugraheni

Sabtu, 25 Desember 2010

Bahaya Kelebihan Vitamin C Batas aman yang direkomendasikan untuk konsumsi vitamin C adalah 2.000 mg per hari.

VIVAnews - Vitamin C (asam askorbat) merupakan nutrisi penting untuk tubuh. Banyak sekali sumber vitamin C yang bisa diperoleh dari berbagai buah dan sayur. Namun, apakah efek samping kelebihan vitamin C, berbahayakah untuk tubuh?

Seperti dikutip dari MayoClinic.com, vitamin C adalah vitamin yang larut air bermanfaat untuk pertumbuhan normal dan pengembangan tubuh. Vitamin C juga membantu tubuh menyerap zat besi. Sebab, tubuh tidak memproduksi atau menyimpan vitamin C. Maka itu, penting mengonsumsi sumber makanan bervitamin C.

Bagi kebanyakan orang, segelas kecil jus jeruk ditambah dengan stroberi dan brokoli sudah cukup memenuhi asupan vitamin C harian. Untuk orang dewasa, batas aman yang direkomendasikan untuk konsumsi vitamin C adalah 2.000 miligram (mg) per hari.

Jika vitamin C alami yang didapat melalui makanan dikonsumsi terlalu banyak, efeknya tidak akan membahayakan tubuh. Bila kelebihan, vitamin C akan luruh dengan sendirinya dan keluar dari tubuh melalui urin.

Namun, jika asupan vitamin C diperoleh dari suplemen vitamin C, terutama yang berdosis tinggi, bisa membahayakan tubuh. Efek yang mungkin Anda derita di antaranya:

- Diare
- Mual
- Muntah
- Mulas
- Perut kram
- Sakit kepala
- Insomnia
- Batu ginjal

Bila Anda mengalami keluhan ini, sebaiknya atur dosis suplemen vitamin C yang dikonsumsi. Dan, usahakan untuk perbanyak minum air putih.

oleh: Petti Lubis, Lutfi Dwi Puji Astuti

Tips Agar Tetap Langsing Saat Liburan Liburan adalah hal yang menyenangkan bagi siapapun.

VIVAnews - Liburan adalah hal kesempatan baik untuk mengisi waktu bersama keluarga. Mulai dari pergi ke luar kota, ke luar negeri, atau hanya pergi ke tempat rekreasi di kota tempat tinggal Anda.

Tetapi, ada yang terlupakan saat sedang asyik liburan. Nafsu makan biasanya meningkat, dan tak terjaga. Semua makanan unik di tempat wisata mau dicoba. Berikut ada beberapa tips seperti dikutip dari cpmc.org, agar penampilan Anda masih tetap terjaga dan sehat pada saat kembali beraktivitas di awal Januari.

1. Jadilah realistis. Jangan berharap kehilangan berat badan saat berlibur tetapi cobalah tetap menjaga berat badan Anda tetap stabil saat berlibur.

2. Tidur yang cukup. Tidur adalah sangat penting. Tidur dapat membantu Anda berpikir jernih, dan membuat keputusan tepat saat memilih makanan. Kita semua pasti tahu jika kita lelah, kita memilih makanan yang buruk, dan ini tentu tak bagus bagi kesehatan.

3. Luangkan waktu untuk tetap berolahraga. Stres bisa hilang dengan olahraga yang cukup, dan tentu berat badan bisa turun. Dengan berlatih dapat membantu menyeimbangkan makanan yang masuk ke tubuh saat liburan. Cobalah sempatkan waktu sekiitar 10 atau 15 menit untuk berjalan kaki dua kali sehari.

4. Jangan menunda waktu makan. Sebisa mungkin makan tepat waktu.

5. Kurangi alkohol, gula putih dan garam. Alkohol, gula putih dan garam jika dikonsumsi kebanyakan akan membuat perut terasa kembung memiliki energi yang rendah. Akan lebih baik jika rajin mengosumsi buah, sayuran dan minum air putih.

6. Membuat makanan liburan besar untuk diri sendiri. Siapkan hidangan favorit rendah lemak dan kalori. Dengan begitu kita bisa membuat makanan dengan bahan-bahan yang terjamin dan membuat kita bebas dari rasa bersalah. Serta mencoba cari menu di beberapa buku masak seperti buku resep makanan sehat.

7. Akan lebih baik jika membawa makanan sehat sendiri saat Anda melakukan perjalanan liburan.

• VIVAnews

penulis: Finalia Kodrati

Kamis, 23 Desember 2010

Bayi Tak Mau ASI, Jangan Panik!

VIVAnews - Air susu ibu adalah makanan terbaik untuk bayi, dan tak ada makanan bisa menggantikan kandungan nutrisi dari ASI. Namun seringkali, saat proses Inisisasi Menyusu Dini atau IMD banyak bayi baru lahir enggan menyusu dan tidak kenal dengan puting susu ibu.

Jika hal ini Anda alami sesaat setelah melahirkan jangan putus asa. Usahakan untuk terus memberikan ASI pada bayi. Selain lewat IMD, mengenalkan puting susu pada bayi juga harus Anda lakukan sesering mungkin.

“Banyak ibu menjadi putus asa saat bayi tak juga mau ASI. Jangan langsung putus asa jika bayi tak mau menyusu, Anda harus terus berusaha mencoba mendekatkan puting dengan bayi. Hal ini normal dan lambat laun bayi akan mengenal puting,” kata Satgas ASI dari Ikatan Dokter Anak Indonesia, I Gusti Ayu Nyoman Pratiwi saat Lokakarya Laktasi dengan tema Pandangan dan Peran Organisasi Agama dalam Memasyarakatkan ASI di Hotel Park Lane, Jakarta, 21 Desember 2010.

Untuk itu, penting bagi para kaum wanita yang tengah berencana memiliki bayi atau wanita yang sedang hamil, mempersiapkan diri menambah pengetahuan seputar ASI. Agar tak gugup dan mengahadapi bayi yang tak mau menyusui, Anda perlu mengenali lima perilaku sebelum bayi berhasil menyusui (Pre Feeding Behavior):

Perilaku pertama

Dalam 30 menit pertama setelah lahir, bayi biasanya dalam fase diam siaga. Bayi diam tak bergerak dan sesekali membuka lebar matanya. Fase ini merupakan penyesuaian peralihan dari keadaan dalam kandungan ke keadaan luar kandungan.

Perilaku kedua

Dalam 30-40 menit berikutnya, bayi akan mengeluarkan suara, menggerakkan mulut seperti mau minum, menjilat serta mencium tangannya yang basah oleh cairan ketuban.

Bau ini sama dengan bau cairan yang dikeluarkan payudara ibu. Bau dan rasa ini yang akan membimbing bayi mulai merayap untuk menemukan payudara dan puting susu ibu

Perilaku ketiga

Bayi mulai merayap bergerak ke arah payudara, kaki menendang-nendang perut ibu, menjilat-jilat kulit ibu dan menghentak-hentakkan kepalanya ke dada ibu sambil menoleh ke kiri dan kekanan. Selanjutnya tangan bayi mulai menyentuh daerah putting susu

Perilaku keempat

Secara naluriah bayi akan mengeluarkan air liur ketika mencium bau payudara ibu.

Perilaku kelima

Ketika menemukan puting susu, bayi akan menjilat,mengulum puting, membuka mulut lebar dan melekat dengan baik pada puting susu ibu.

“Jika bayi tak juga mau menyusu meski setelah IMD, jangan panik. Bayi bisa 3 hari bertahan tanpa ASI atau makanan lainnya. Jangan panik dan gegabah memberikan susu formula, karena bayi masih memiliki cadangan energi, meski efeknya kulit bayi akan kuning. Namun, kondisi ini wajar,” katanya.

Kentang Pengganti Nasi Bikin Langsing?

Banyak wanita melakukan program penurunan berat badan untuk mencapai bobot tubuh ideal. Salah satu trik agar berat badan menyusut, tak sedikit wanita yang menghindari konsumsi nasi dan menggantinya dengan kentang. Namun, benarkah konsumsi kentang bisa efektif menurunkan berat badan?

Tidak ada penelitian sebelumnya yang membuktikan bahwa kentang bermanfaat untuk menurunkan berat badan. Namun, dari hasil uji coba terhadap pria dan wanita yang menjadikan kentang sebagai bagian dari program penurunan berat badan, terbukti berhasil mengurangi bobot tubuh berlebih.

"Ketika mengalami keluhan berat badan, hal yang perlu dilakukan bukanlah menghindari makanan atau kelompok makanan tertentu. Tapi, penting untuk mengurangi jumlah kalori dari makanan harian,” kata Davis, Pemimpin Studi dari Britt Burton-Freeman, University of California seperti dikutip dari Times of India.

Para peneliti mempelajari pola hidup 86 pria dan wanita dengan kelebihan berat badan selama 12 minggu. Peneliti mengukur efek dari diet modifikasi indeks glikemik mengurangi kalori dengan menambahkan kentang dalam menu diet harian responden. Indeks Glikemik atau GI seperti diketahui adalah ukuran dampak karbohidrat pada tingkat gula darah.

Tiga kelompok dengan orang yang dipilih secara acak, diamati masing-masing memiliki diet yang mengonsumsi 5-7 porsi kentang per minggu. Hasilnya, ketiga kelompok mengalami kehilangan berat badan.

Satu buah kentang ukuran sedang mengandung 110 kalori per porsi, mengandung kalium lebih (620 gram) dari pisang, dan menyediakan hampir setengah dari nilai harian vitamin C (45 persen), dan tidak mengandung sodium, lemak atau kolesterol, sehingga baik untuk kesehatan dan penting untuk menjadikannya makanan diet harian Anda.

Namun, jika Anda ingin menurunkan berat badan dengan kentang sebaiknya konsumi kentang yang dikukus atau direbus. Hindari kentang yang digoreng, karena kandungan lemak yang ada dalam kentang goreng cukup tinggi dan bisa merusak program diet Anda.

By Petti Lubis, Lutfi Dwi Puji Astuti

Senin, 20 Desember 2010

Tumor Pada Anak Minim Mutasi

sebuah penelitian pada peta genetik tumor anak menunjukkan, tumor itu nyaris tidak bermutasi dibandingkan dengan tumor yang sama pada orang dewasa. Hal ini berarti tumor otak pada anak akan lebih mudah ditangani. laporan tersebut dimuat pada kamis (16/12) di jurnal science. studi tersebut tentang meduloblastoma, tumor otak yang umumnya menyerang anak. di amerika serikat setiap tahun ada sekitar 400 anak menderita tumor tersebut dengan tingkat keselamatan 70%. "Menangani kanker otak pada anak adalah tantangan. sebab, dengan tindakan operasi dan terapi radiasi yang biasanya paling efektif akan memunculkan efek samping, seperti ketidakmampuan kognitif dan hormon yang menjadi abnormal. demikian diungkapkan Donald Parsons dari Baylor College of Medicine di texas, Amerika Serikat. "untuk pasien termuda, terapi itu potensial merusak," tambahnya. (REUTERS/ISW)

sumber: Kompas, senin, 20 desember 2010

Rabu, 08 Desember 2010

10 Langkah Meningkatkan Ingatan

1. Relaksasi secara teratur
Salah satu cara yang paling efektif untuk meningkatkan ingatan adalah berusaha mengendorkan ketegangan seluruh otot tubuh sebelum mempelajari sesuatu yang baru. Menurut ahli, relaksasi otot dapat mengurangi kecemasan yang sering dirasakan seseorang ketika berusaha mempelajari hal baru.

2. Dengarkan musik klasik
Menurut Dr. Frances Ranscher dan Dr. Gordon Show, peneliti dari Universitas California, AS, orang yang sering mendengarkan musik klasik akan mengalami peningkatan kemampuan penalaran. Menurut penulis The Mozart Effect, Don Campbell, mendengarkan musik klasik juga akan membantu ingatan dan pembelajaran.

3. Menata pikiran
Membentuk urutan informasi (mengelompokkan informasi) akan membuat sesuatu lebih mudah diingat. Ini juga akan mempermudah otak untuk mengingat kembali apa yang telah dipelajari dan diketahui.

4. Jaga kesehatan
Tentu, gangguan kesehatan dapat mengganggu ingatan. Sebuah penelitian menunjukan bahwa dalam periode 25 tahun, pria penderita hipertensi akan kehilangan kemampuan kognitif hingga dua kali lipat dibandingkan pria bertekanan darah normal. Penelitian juga menunjukkan bahwa pada usia 70-an, seseorang tidak akan mudah mengalami penurunan kemampuan kognitif jika mereka tetap aktif secara fisik.

5. Tantanglah diri sendiri
Otak memproduksi senyawa kimia neurotransmitter yang membawa pesan antar-sel yang terlibat dalam ingatan. Ketersediaan neurotransmitter ini akan meningkat apabila otak sering digunakan untuk menyelesaikan tantangan yang menuntut pemecahan masalah.

6. Cukup tidur
Kurang tidur dapat mengurangi kemampuan seseorang untuk mengingat informasi yang kompleks. Penelitian di Universitas de Lille, Prancis, mengindikasikan bahwa otak memerlukan tidur untuk mempertahankan kemampuan mengingat informasi yang kompleks.

7. Makan secukupnya, kurangi lemak, perbanyak minum
Pilih makanan yang rendah lemak dan rendah kalori, serta memperbanyak minum air putih. Air putih dapat membantu pencernaan dan pernapasan, meningkatkan kapasitas pembawaan oksigen dalam darah, serta mempertahankan kesehatan sel.

8. Libatkan emosi
Pasalnya, peningkatan ingatan tentang suatu kejadian terkait erat dengan peningkatan emosi. Dan pengalaman yang melibatkan emosi akan lebih mudah diingat daripada pengalaman biasa.

9. Kembangkan ketajaman indera
Cobalah praktikkan keterampilan pengamatan dan belajar memperhatikan sesuatu dengan menggunakan seluruh indera kita. Jika ingin mengingat sesuatu, berhentilah sejenak, perhatikan dan catat apa yang ingin kita lihat.

10. Kembangkan sikap mental positif
Gantilah setiap sikap mental negatif atau kritik terhadap diri sendiri menjadi sikap yang positif, karena hal itu akan menimbulkan rasa percaya diri yang berpengaruh positif terhadap daya ingat.

11. Olahraga teratur
Selain meningkatkan kekuatan fisik, olahraga juga dapat membantu fungsi ingatan kita dengan menjamin suplai oksigen dan darah ke otak. Olahraga juga menstimulus endorfin, yaitu neurotransmitter yang terkait dengan perasaan senang, yang dapat meningkatkan keceriaan dan menjadi pemicu untuk pembelajaran dan ingatan.

12. Istirahat cukup
Yang tak kalah penting adalah istirahat cukup. Supaya fungsi otak bisa maksimal, otak membutuhkan istirahat untuk mengendapkan dan mengkonsolidasikan ingatan. Istirahat yang dibutuhkan otak bervariasi, tergantung pada kerumitan dan kebaruan informasi, serta pengalaman orang yang bersangkutan. Cara yang baik adalah memberi waktu istirahat otak 3 hingga 10 menit setelah otak beraktivitas selama 10 hingga 50 menit.
Sumber : http://www.tabloidnova.com/article.php?name=/12-langkah-meningkatkan-ingatan&channel=kesehatan%2Fumum

POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN

Bila kita ingin melihat bagaimana kemampuan siswa wanita dibandingkan dengan kemampuan siswa pria di SMA dalam bidang studi tertentu, matematika misalnya, kita bisa memperoleh informasi dengan berbagai cara. Pertama, kita mengumpulkan informasi dari SMA di seluruh tanah air bagaimana perbandingan kemampuan mereka. Kedua, kita bisa memperoleh informasi dari nilai-nilai tes matematika yang kita buat untuk seluruh siswa SMA di tanah air. Kemudian membandingkannya. Ketiga, kita kumpulkan nilai-nilai ulangan matematika untuk tahap tertentu (ulangan kenaikan kelas tiga misalnya) dari siswa SMA yang ada di Indonesia, lalu kita membandingkannya. Dan tentunya, masih banyak cara-cara lainnya.

Cara-cara seperti di atas, walaupun hasilnya akan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, dalam penelitian jarang dilakukan. Sebabnya ialah penelitian atau cara serupa itu akan lebih memakan waktu, tenaga, dan biaya. Kita bisa memperoleh informasi yang kita ingini, walaupun hasilnya mungkin hanya mendekati saja, dengan cara yang lebih cepat dan hemat, yaitu dengan membandingkan sejumlah kecil saja dari nilai-nilai matematika siswa/siswi SMA di Indonesia. Dengan catatan, sejumlah siswa/siswi SMA itu harus mewakili siswa/siswi SMA Indonesia; siswi SMA dan SISWA SMA yang kita pilih masing-masing mewakili siswi SMA dan siswa SMA di seluruh tanah air. Pada contoh di atas seluruh siswa SMA di Indonesia disebut populasi, sedangkan sebagian kecil yang mewakili seluruh siswa SMA di Indonesia itu disebut sampel.



Populasi


Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi. Studi atau penelitiannya juga disebut studi populasi atau studi sensus. Banyaknya individu atau elemen yang merupakan anggota populasi disebut sebagai ukuran populasi dan disimbolkan dengan N.

Berdasarkan jumlah anggotanya, populasi dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yakni populasi terbatas dan populasi tidak terbatas. Suatu populasi dikatakan terbatas apabila jumlah anggota populasi tersebut diketahui dengan pasti, misal: penduduk kabupaten Sleman, mahasiswa perguruan tinggi di Yogyakarta, karyawan perusahaan R, dan sebagainya. Namun jika jumlah anggota suatu populasi tidak dapat diketahui dengan pasti, maka populasi tersebut dinamakan populasi tak terbatas. Misal: botol plastik yang dihasilkan oleh suatu mesin pembuat botol plastik. Selama mesin tersebut tidak rusak, maka secara teoritis mesin tersebut dapat memproduksi botol plastik terus menerus yang tak terhingga jumlahnya.

Sampel

S

ampel adalah sebagian anggota populasi yang memberikan keterangan atau data yang diperlukan dalam suatu penelitian. Dengan kata lain, sampel adalah himpunan bagian dari populasi. Sampel (disimbolkan dengan n) selalu mempunyai ukuran yang kecil atau sangat kecil jika dibandingkan dengan ukuran populasi. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif (mewakili).

Bila sampel tidak representatif, maka ibarat orang buta disuruh menyimpulkan karakteristik gajah. Satu orang memegang telinga gajah, maka ia menyimpulkan gajah itu seperti kipas. Orang kedua memegang badan ngajah, maka ia menyimpulkan gajah itu seperti tembok besar. Satu orang lagi memegang ekornya, maka ia menyimpulkan gajah itu kecil seperti tali. Begitulah kalau sampel yang dipilih tidak representatif, maka ibarat 3 orang buta itu yang membuat kesimpulan salah tentang gajah.

Pada waktu kita mengumpulkan data, baik dengan wawancara maupun pengamatan, kita melakukannya pada individu-individu atau satuan-satuan yang merupakan elemen populasi yang dinamakan unit analisis. Unit analisis dapat berupa orang, rumah tangga, tanah pertanian, perusahaan dan lain-lain.

Teknik Sampling

T

eknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel. Untuk dapat menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian, terdapat berbagai teknik sampling yang digunakan. Secara skematis, teknik macam-macam sampling ditunjukkan pada gambar di bawah.








G.1 Macam- macam Teknik Sampling

Dari gambar tersebut terlihat bahwa, teknik sampling pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu Probability Sampling dan Non Probability Sampling.

1. PROBABALITY SAMPLING

Probabilty sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Teknik ini meliputi, simple random sampling (sampel acak sederhana), proportionate stratified random sampling (sampel acak proporsional berstratifikasi), disproportionate stratified random sampling (sampel acak tak proporsional berstratifikasi), sampling area (cluster) sampling (sampel acak klaster/pengelompokan).

Sampling mana yang akan dipilih antara lain bergantung pada masalah yang dihadapi serta tujuan yang ingin dicapai. Di samping itu ada lagi pertimbangan-pertimbangan lain mengenai besarnya populasi dan jumlah sampel yang diperlukan, biaya yang tersedia dan kemungkinan serta kemudahan untuk memperoleh sampel itu guna penelitian. Juga mungkin terjadi bahwa apa yang kita rencanakan tentang sampling tak terpenuhi seluruhnya, karena macam-macam faktor. Biasanya seorang mahasiswa sangat terbatas dalam soal keuangan, dalam kemudahan memperoleh sampel yang diinginkan, sedangkan mengenai waktu ia terikat pada peraturan perguruan tingginya.

Sampling yang paling sering dilakukan ialah: (1)random sampling, (2) stratified sampling, dan (3) purposive sampling

a. Simple Random Sampling (Sampling Acak Sederhana)

Dikatakan simple (sederhana) karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam tingkatan itu. Cara demikian dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen. Lihat gambar 2 berikut.






Flowchart: Connector: Populasi homogen
Flowchart: Connector: Sampel yang representatif

Diambil secara

random

G. 2 Teknik Simple Random Sampling

Kelemahan sampling ini adalah karena sukar, ada kalanya tidak mungkin memperoleh data lengkap tentang keseluruhan populasi itu, misalnya jumlah anak nakal, orang yang mempunyai telepon, orang buta huruf, orang cacat dan lain sebagainya.

Ciri utama dari random sampling ialah bahwa setiap unsur dari keseluruhan populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih. Selain itu kesempatan itu harus independen, artinya kesempatan bagi suatu unsur untuk dipilih tidak mempengaruhi kesempatan unsur-unsur lain untuk dipilih.

Random Sampling dilakukan dengan cara (1) undian, (2) menggunakan tabel, (menggunakan komputer).

b. Proportionate Stratified Random Sampling (Sampling Acak Proporsional Berstratifikasi)

Apabila peneliti berpendapat bahwa populasi terbagi atas tingkatan-tingkatan atau strata, maka pengambilan sampel tidak boleh dilakukan secara random. Adanya strata, tidak boleh diabaikan, dan setiap strata harus diwakili sebagai sampel.

Misalnya kita akan meneliti kehadiran kuliah mahasiswa. Apabila kesimpulannya akan diberlakukan untuk seluruh institusi, maka kita harus mengambil sampel, wakil dari semua tingkat. Strata ekonomi, strata pendidikan, strata umur, strata kelas, dan sebagainya dapat digunakan sebagai dasar penentuan sampel berstrata. Sampel berstrata digunakan apabila kita berpendapat bahwa ada perbedaan ciri, atau karakteristik antara strata-strata yang ada, sedangkan perbedaan tersebut mempengaruhi variabel. Akan tetapi jika tidak ada perbedaan ciri antara setiap tingkat yang ada, kita boleh menggunakan sampel random.

c. Disproportionate Stratified Random Sampling (Sampling Acak Tak Proporsional Berstratifikasi)

Sampling ini kira-kira sama dengan sampling stratifikasi. Bedanya ialah bahwa proporsi subkategori-kategorinya tidak didasarkan atas proporsi yang sebenarnya dalam populasi. Hal ini dilakukan karena subkategori tertentu terlampau sedikit jumlah sampelnya.

Misalkan kita mengambil populasi tenaga pengajar suatu perguruan tinggi yang terdiri atas 1. Guru besar, 2. Lektor kepala, 3. Lektor, 4. Lektor muda dan 5. Asisten. Sampel dapat diambil secara merata yakni untuk masing-masing kategori 1/5 atau 20 persen. Besar kemungkinan bahwa sampel untuk guru besar terlampau besar, sedangkan sampel untuk asisten atau lektor muda terlampau kecil.

Maka peneliti menentukan sampel atas pertimbangan proporsi yang dianggapnya lebih representatif misalnya:

Guru besar 10%

Lektor Kepala 20%

Lektor 25%

Lektor Muda 25%

Asisten 20%

Dengan sampling yang tak proporsional ini sudah barang tentu selalu ada kategori yang terlampau besar atau terlampau kecil jumlahnya dibandingkan dengan proporsi populasi yang sebenarnya. Bila jumlah sampel cukup besar, maka kepincangan sampling itu dengan sendirinya teratasi.

Sampling serupa ini tidak begitu banyak memakan waktu dibandingkan dengan sampling secara proporsional. Peneliti dengan sengaja memperbesar proporsi kategori yang sangat kecil jumlahnya yakni <>

d. Cluster Sampling (Sampel Daerah/Kelompok) Bila populasi tersebar di suatu daerah seperti negara, propinsi, kabupaten, kota, kecamatan, dan sebagainya, maka sampling dapat dilakukan berdasarkan daerah. Pada peta daerah tersebut kita gambar petak-petak. Tiap petak diberi nomor. Dengan sampling acakan dapat ditarik sejumlah nomor yang dijadikan sampel. Semua keluarga atau orang dengan ciri tertentu dalam daerah sampel itu diwawancarai. Bila daerah itu masih terlampau luas, atau terlampau banyak penduduknya, maka peta daerah itu dapat dibagi lagi menjadi petak-petak. Kembali secara sampling acakan dipilih sejumlah sampel. Jika ini masih lagi populasinya terlampau besar, kita masih dapat lagi membaginya dalam petak-petak. Dengan sampling acakan dapat kita memperoleh sampel yang diperlukan. Cara ini dapat dilanjutkan, akan tetapi biasanya sampling bertingkat ini tidak melebihi tiga taraf.

Sampling daerah serupa ini mempunyai beberapa keuntungan: sampling serupa ini sesuai bagi peneliti yang melibatkan populasi yang besar yang tersebar di daerah yang luas. Pelaksanaannya lebih mudah daripada metode sampling lainnya. Biayanya lebih murah pula, karena sampel telah terpusat pada daerah yang terbatas. Biaya transpor jauh lebih rendah dibandingkan dengan sampel yang tersebar tempat tinggalnya. Generalisasi yang diperoleh berdasarkan penelitian daerah-daerah tertentu dapat diterima dan berlaku bagi daerah-daerah di luar sampel.

Kelemahannya ialah bahwa jumlah individu dalam tiap daerah pilihan tidak sama, misalnya daerah kota dibanding dengan daerah pertanian. Itu sebab cara sampling ini tidak sebaik cara sampling lainnya. Ada pula kemungkinan orang berpindah atau berjalan dari daerah pilihan yang satu ke daerah pilihan yang satu lagi sehingga ia dapat dua kali masuk sampel bila penelitian tidak dilakukan serempak.

2. NON PROBABILITY SAMPLING

Non probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Teknik sampel ini meliputi, sampling sistematis, kuota, aksidental, purposive, jenuh, snowball.

a. Sampling sistematis

Sampling sistematis adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut. Misalnya anggota populasi yang terdiri dari 100 orang. Dari semua anggota itu diberi nomor urut, yaitu nomor 1 sampai dengan nomor 100. Pengambilan sampel dapat dilakukan dengan nomor ganjil saja, genap saja, atau kelipatan dari bilangan tertentu, misalnya kelipatan dari bilangan lima. Untuk ini maka yang diambil sebagai sampel adalah 1, 5, 10, 15, 20, dan seterusnya sampai 100. Lihat gambar 3.

POPULASI



1 11 21 31

2 12 22 32

3 13 23 33

4 14 24 34

5 15 25 35

6 16 26 36

7 17 27 37

8 18 28 38

9 19 29 39

10 20 30 40


SAMPEL

3 24

6 27

9 30

12 33

15 36

18 39

21

Right Arrow: Diambil secara sistematis

G.3 Sampling sistematis. No Populasi kelipatan tiga yang diambil (3, 6, 9, dan seterusnya)

b. Sampling Kuota

Sampling kuota adalah metode memilih sampel yang mempunyai ciri-ciri tertentu dalam jumlah atau kuota yang diinginkan, misalnya sejumlah mahasiswa tingkat V dari beberapa universitas tertentu yang bekerja sambil belajar, atau sejumlah guru dalam bidang-bidang studi tertentu yang pernah mendapat penataran itu misalnya untuk meminta pendapat mereka tentang manfaat penataran itu bagi peningkatan mutu pengajaran. Peneliti dapat menentukan bidang studinya serta jumlah guru atau kuota tiap bidang studi yang diinginkannya untuk misalnya diwawancarai.

Sampling itu tidak dapat menyamai sampling dengan stratifikasi yang memperhitungkan ciri-ciri tertentu dan memilih sampel yang representatif dari tiap kategori.

Ciri-ciri yang dipilih dalam penggolongan sampel tidak berdasarkan ciri-ciri yang esensial dari populasi, andaikan kita lebih banyak mengenalnya. Oleh sebab sampel itu tidak representatif, maka kesimpulan penelitian ini hanya dapat memberi kesan-kesan yang sangat umum.

c. Sampling Insedental

Sampling Insedental adalah sampel yang diambil dari siapa saja yang kebetulan ada, misalnya menanyakan siapa saja yang dijumpainya di tengah jalan untuk meminta pendapat mereka tentang sesuatu seperti kenaikan harga, keluarga berencana, peraturan lalu lintas, dan sebagainya. Karena sampel ini sama sekali tidak representatif tentu saja tidak mungkin diambil suatu kesimpulan yang bersifat generalisasi.

Metode ini sangat mudah, murah, dan cepat dilakukan.

d. Sampling Purposive

Sampling Purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Misalnya akan melakukan penelitian tentang kualitas makanan, maka sampel sumber datanya adalah orang yang ahli makanan, atau penelitian tentang kondisi politik di suatu daerah, maka sampel sumber datanya adalah orang yang ahli politik. Sampel ini lebih cocok digunakan untuk penelitian kualitatif, atau penelitian-penelitan yang tidak melakukan generalisasi.

e. Sampling Jenuh

Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang, atau penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil. Istilah lain sampel jenuh adalah sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan sampel.

f. Snowball Sampling

Snowball Sampling adalah teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian membesar. Ibarat bola salju yang menggelinding yang lama-lama menjadi besar. Dalam penentuan sampel, pertama-pertama dipilih satu dua orang, tetapi karena dengan dua orang ini belum meraasa lengkap terhadap data yang diberikan, maka peneliti mencari orang lain yang dipandang lebih tahu dan dapat melengkapi data yang diberikan oleh dua orang sebelumnya. Begitu seterusnya, sehingga jumlah sampel semakin banyak. Teknik pengambilan sampel ditunjukkan pada gambar 4 berikut. Pada penelitian kualitatif banyak menggunakan sampel Purposif dan Snowball.

...................................................................................................................................................................................................................................................................................

Menentukan Metode Sampling

U

ntuk menentukan metode sampling manakah yang akan dilakukan perlu kita pertimbangkan hal-hal berikut:

1. Tujuan penelitian. Bila kita ingin mencapai generalisasi yang berlaku bagi keseluruhan populasi, maka perlu kita pakai sampling acakan atau random. Kalau kita bertujuan untuk memperoleh kesan-kesan umum dalam waktu singkat dapat kita gunakan non probability sampling.

2. Pengetahuan tentang populasi. Bila kita tidak mempunyai pengetahuan yang cukup tentang populasi, sampling acakan tidak dapat kita laksanakan dengan baik. Pada taraf permulaan kita adakan studi eksploratif dengan non probability sampling, kemudian setelah kita memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang populasi baru kita gunakan sampling acakan.

3. Kesediaan untuk menjadi populasi sebagai sampel. Sering timbul kesulitan untuk mendapatkan kesediaan orang untuk dijadikan sampel.

4. Jumlah biaya yang tersedia untuk penelitian.

5. Besar populasi. Bila populasi sangat besar, sampling daerah yang paling serasi. Bila populasi kecil, ada kemungkinan bagi sampling jenuh atau padat.

6. Fasilitas yang tersedia seperti komputer, kalkulator.

Menentukan Ukuran Sampel

T

idak ada aturan yang tegas tentang jumlah sampel yang dipersyaratkan untuk suatu penelitian dari populasi yang tersedia. Juga tidak ada batasan yang jelas apa yang dimaksud dengan sampel yang besar dan yang kecil.

Sampel yang kecil lebih sedikit makan biaya, lebih mudah diolah akan tetapi mempunyai kesalahan sampel (sampling error) yang lebih besar. Juga kekuatan generalisasinya kecil.

Sebaliknya sampel yang besar, apalagi yang besar sekali, lebih sukar dikendalikan. Pembiyayaannya akan lebih tinggi dan pengumpulan data serta pengolahannya memakan waktu. Akan tetapi generalisasi yang diperoleh akan lebih tinggi kekuatannya. Penelitian berdasarkan sampel yang besar sekali misalnya meliputi 150.000 orang atau lebih, akan lebih mengagumkan orang dan hasilnya dianggap lebih dapat dipercaya daripada penelitian dengan sampel yang kecil.

Namun mutu penelitian tidak terutama ditentukan oleh besarnya sampel, akan tetapi oleh kokohnya dasar-dasar teorinya, oleh desain penelitiannya serta pengolahannya. Penelitian dengan sampel besar misalnya 100.000 orang, tidak dengan sendirinya akan lebih baik daripada penelitian dengan sampel yang jauh lebih kecil, misalnya 100 orang.

Mengenai jumlah sampel yang sesuai sering disebut aturan sepersepuluh, jadi 10 persen dari jumlah populasi. Jika populasi 1000 orang, maka sampel 100 orang dianggap cukup memadai. Aturan ini tak selalu dipegang teguh. Jika populasi terlampau besar, misalnya meliputi penduduk seluruh Indonesia, maka sampelnya akan jauh lebih kecil dari 10 persen. Dianggap bahwa dengan sampel 1000 orang kita dapat mengambil kesimpulan yang sama efisiensinya dengan sampel yang lebih besar misalnya ratusan ribu atau jutaan.

Dalam survey, seorang peneliti juga tidak menggunakan aturan sepersepuluh ini. Besar kemungkinan ia akan menggunakan seluruh populasi, misalnya semua penerbang suatu perusahaan, sebagai sampelnya, jadi menyimpang dari aturan sepersepuluh itu. Dalam hal peneliti menggunakan sampling dengan stratifikasi ada kalinya ia mengambil jumlah yang cukupbesar, agar subkategorinya jangan sampai ada yang kosong atau terlampau sedikit unsurnya. Diharapkan agar subkategori setidaknya mempunyai 10 anggota.

Jumlah sampel juga banyak bergantung pada faktor-faktor lain seperti biaya, fasilitas, dan waktu yang tersedia, juga populasi yang ada atau bersedia dijadikan sampel, tujuan penelitian, apakah mengetes teori atau mengambil generalisasi.

Kesimpulan

S

ampel harus representatif, artinya mewakili populasi agar dapat diambil kesimpulan berupa generalisasi.

Jenis-jenis sampling:

a. Probability sampling. Tiap individu mendapat probabilty atau kemungkinan untuk dipilih sebagai sampel.

(1) Simple random sampling (sampling acakan sederhana)

(2) Proportionate stratified random sampling (sampling acak proporsional berstratifikasi)

(3) Disproportionate stratified random sampling (sampling acak tak proporsional berstratifikasi)

(4) Area (cluster) sampling (sampling daerah/kelompok)

b. Non-probability sampling. Individu tidak mendapat probability atau kemungkinan yang sama untuk dipilih menjadi sampel.

(1) Sampling sistematis

(2) Sampling kuota

(3) Sampling ensidental (kebetulan)

(4) Purposive sampling

(5) Sampling jenuh

(6) Snowball sampling

Sampling yang dipilih bergantung pada (1) tujuan penelitian, (2) pengetahuan tentang populasi, (3) kesediaan menjadi sampel,(4) jumlah biaya, (5) besar populasi, (6) fasilitas yang tersedia

Tidak ada aturan tertentu tentang jumlah atau proporsi sampel. Sampel yang besar belum tentu menjamin mutu hasil penelitian.

Daftar Referensi

· M. Toha Anggoro,dkk (2003). Metode penelitian. Pusat Penerbitan Univ. Terbuka. Jakarta

· Suharsimi Arikunto (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta. Jakarta.

· Sugiyono (2006). Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D. Alfabeta. Bandung

· Nasution.S (2006), Metode research :Penelitian Ilmiah. Bumi aksara. Jakarta

Selasa, 07 Desember 2010

Sejarah Psikologi Kognitif

Yunani kuno sd. abad 18

Sejarah dari psikologi kognitif berawal pada saat Plato (428-348SM) dan muridnya Aristotle (384-322SM) memperdebatkan mengenai cara manusia memahami pengetahuan maupun dunia serta alamnya. Plato berpendapat bahwa manusia memperoleh pengetahuan dengan cara menalar secara logis, aliran ini disebut sebagai rasionalis. Lain halnya dengan Aristotle yang menganut paham empiris dan mempercayai bahwa manusia memperoleh pengetahuannya melalui bukti-bukti empiris.

Perdebatan ini masih berlangsung seperti pertentangan Rasionalis dari Perancis, Rene Descartes (1596-1650), dan Empiris dari Inggris, John Locke (1632-1704), dengan tabularasa-nya. Seorang fisuf Jerman, Immanuel Kant, pada abad 18 berargumentasi bahwa baik rasionalisme maupun empirisme harus bersinergi dalam membuktikan pengetahuan. Perdebatan ini meletakkan landasan dan mempengaruhi cara berpikir di bidang ilmu psikologi maupun cabang ilmu lainnya. Saat ini ilmu pengetahun mendasarkan paham empiris untuk pencarian data dan pengolahan dan analisis data menggunakan kerangka pikir rasionalis.
[sunting] Abad 19 dan 20

Wilhelm Wundt (1832-1920)seorang psikolog dari Jerman mengajukan ide untuk mempelajari pengalaman sensori melalui introspeksi. Dalam mempelajari proses perpindahan informasi atau berpikir, maka informasi tersebut harus dibagi dalam struktur berpikir yang lebih kecil. Aliran strukturisme Wundt berfokus pada proses berpikir, namun aliran fungsionalisme berpendapat bahwa bahwa penting bagi manusia untuk tahu apa dan mengapa mereka melakukan sesuatu. William James (1842-1910)seorang pragmatisme-fungsionalisme melontarkan gagasan mengenai atensi, kesadaran serta persepsi.

Setelah itu munculah aliran assosiasi (Edward Lee Thorndike, 1874-1949) yang mulai menggunakan stimulus dan diikuti dengan aliran behaviorisme yang memasangkan antara stimulus dan respon dalam proses belajar. Pendekatan behaviorisme radikal yang dibawakan oleh B.F. Skinner (1904-1990) menyatakan bahwa semua tingkah laku manusia untuk belajar, perolehan bahasa bahkan penyelesaian masalah dapat dijelaskan dengan penguatan antara stimulus dan respon melalui hadiah dan hukuman.

Namun pendekatan behaviorisme belum dapat menjawab alasan perilaku manusia yang berbeda misalnya melakukan perencanaan, pilihan dan sebagainya. Edward Tolman (1886-1959) percaya bahwa semua tingkah laku ditujukan pada suatu tujuan. Menggunakan eksperimen dengan tikus yang mencari makanan dalam maze, percobaan ini membuktikan bahwa terdapat skema atau peta dalam kognisi tikus. Hal ini membuktikan bahwa tingkah laku melibatkan proses kognisi. Oleh karena itu beberapa pihak mengakui Tolman sebagai Bapak Psikologi Kognitif Modern.

Selain Tolman, Albert Bandura (1925- ) juga mengkritik behaviorisme dengan menyatakan bahwa belajar pun dapat diperoleh melalui lingkungan sosial dari individu. Dalam perolehan bahasa, Noam Chomsky (1928- ) -seorang linguis- juga mengkritik behaviorisme dengan menyatakan bahwa otak manusia dibekali dengan kemampuan untuk mengenali dan memproduksi bahasa.

referensi: http://id.wikipedia.org/wiki/Psikologi_kognitif

PSIKOLOGI ANAK LUAR BIASA

A. Pengertian Anak Luar Biasa
Anak luar biasa masih merupakan istilah yang dipergunakan sampai saat ini, meskipun secara perundangang dan wacana yang berkembang dewasa ini peristilahan tersebut nampaknya perlu ditinjau kembali.
Di dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) yang terbaru, peristilahan Pendidikan Luar Biasa telah diganti dengan Pendidikan Khusus. Ini mengandung konsekuensi terhadap penggunaan istilah baik kelembagaan maupun subyek peserta didik. Demikian pula halnya dengan wacana yang berkembang secara intenasional tentang peristilahan anak luar biasa, yang dewasa ini sering disebut dengan istilah special needs educational children atau anak dengan kebutuhan pendidikan khusus.
Anak luar biasa diartikan sebagai anak yang memiliki kelainan fisik, mental, emosi, sosial atau gabungan dari kelainan tersebut yang sifatnya sedemikian rupa sehingga memerlukan layanan pendidikan secara khusus.

B. Jenis Anak Luar Biasa
Jenis anak luar biasa yang ada di Indonesia terdiri dari :
1. Anak Tuna Netra (bagian A)
2. Anak Tuna Rungu (bagian B)
3. Anak Tuna Grahita (bagian C)
4. Anak Tuna Daksa (bagian D)
5. Anak Tuna Laras (bagian E)
6. Anak Berbakat (bagian F)
7. Anak Tuna Ganda (bagian G)
8. Anak Kelainan Autisme

C. Faktor Penyebab dan Waktu Terjadinya Keluarbiasaan
1. Faktor keturunan (hereditas)
- Bawaan dari turunan/orang tua
2. Faktor sebelum lahir (prenatal)
- Ketika dalam kandungan keracunan, kekurangan gizi, terkena infeksi.
- Waktu hamil ibunya penderita penyakit kronis, dan lain-lain
3. Faktor ketika lahir (natal)
- Persalinan yang lama sehingga kehabisan cairan
- Persalinan dibantu dengan alat (syaraf terganggu)
4. Faktor sesudah lahir (post natal)
- Karena sakit, kecelakaan atau karena salah obat

II. PSIKOLOGI ANAK LUAR BIASA KAITANNYA DENGAN PENJAS ADAPTIF.
Kebutuhan merupakan sesuatu yang dapat menimbulkan motivasi. Motivasi itu akan menimbulkan gerak dan usaha untuk memenuhi kebutuhan. Kebutuhan juga merupakan prasyarat yang harus dipenuhi apabila ingin menciptakan sesuatu yang ideal, maka tidak terlepas dari segi psikologi dan sosial.
Manusia yang ideal adalah manusia yang bisa mengembangkan potensi personal dan sosial sesuai dengan kapasitas yang tersedia dalam dirinya. Bagaimana membentuk manusia yang menyandang keluarbiasaan menjadi manusia yang ideal ?. Apa yang dibutuhkan oleh anak luar biasa sehingga ia menjadi manusia yang dapat berkembang secara optimal fotensi personal dan sosialnya ?
Apabila kita membicarakan masalah kebutuhan manusia pada umumnya maka akan terlihat bahwa manusia itu mempunyai kebutuhan dasar (basic needs) yang sama, tidak terkecuali apakah manusia itu tergolong normal atau yang mempunyai kelainan. Manusia memerlukan makan, minum, istirahat yang cukup dan udara yang segar untuk memenuhi kebutuhan fisiknya. Pemenuhan kebutuhan fisik harus diimbangi oleh kegiatan dan aktifitas gerak yang seimbang agar timbul kesegaran jasmani yang diharapkan, kesegaran jasmani akan mempengaruhi kesegaran rohani.
Kebutuhan fisiologis bagi anak luar biasa tentu saja sangat memerlukan bantuan orang lain dalam pemenuhannya. Bahkan bantuan orang lain bisa berlangsung sepanjang hidupnya sebagai akibat dari beratnya keluarbiasaan yang disandang anak. Keterampilan gerak sangat mendukung keberhasilan anak dalam mengusahakan pemenuhan kebutuhan fisiknya.
Penjas adaptif merupakan salah satu alternatif untuk membantu anak luar biasa mengoptimalkan kemampuannya di dalam gerak. Dalam penjas adaptif anak luar biasa tidak hanya belajar keterampilan motorik, lebih dari itu mereka belajar pengetahuan tentang berbagai macam aktifitas yang dapat memberikan kepuasan, mengembangkan sikap dan apresiasi terhadap berbagai aktifitas yang mereka ikuti. Mereka juga belajar bagaimana memanfaatkan waktu luang sebagai bentuk rekreasi yang dapat memberikan kesenangan baik secara fisiologis, psikologis dan sosial.

ANAK TUNANETRA DAN LAYANAN PENDIDIKANNYA

I. PENGERTIAN TUNANETRA
Tunanetra berasal dari kata tuna dan netra, yang masing-masing berarti rusak/tidak memiliki dan mata/penglihatan, jadi tunanetra berarti rusak penglihatan. Sedangkan pengertian tunanetra dilihat dari kacamata pendidikan : menurut Barraga N (1983:25) adalah “Individu yang mengalami gangguan fungsi penglihatan untuk mengikuti belajar dan mencapai prestasi secara maksimal”.

II. KLASIFIKASI ANAK TUNANETRA
A. Didasarkan pada usia.
1. Anak tunanetra pra sekolah, adalah anak tunanetra yang berusia kurang dari lima tahun.
2. Anak tunanetra usia sekolah, adalah anak tunanetra yang berusia enam sampai delapan belas tahun yang mengikuti pendidikan formal.
3. Para tunanetra yang berusia lima belas tahun atau lebih dan sudah tidak atau belum pernah mengikuti pendidikan formal.


B. Didasarkan pada saat terjadinya ketunanetraan
1. Mereka yang tunanetra pada saat prenatal atau sebelum berusia empat tahun. Bagi mereka, ingatan mengenai pengalaman visual yang mungkin ada akan hilang dalam waktu yang cepat.
2. Mereka yang menjadi tunanetra pada usia empat sampai enam tahun. Mereka akan tetap memiliki ingatan visual yang cukup berarti.
3. Mereka yang menjadi tunanetra pada usia antara tujuh sampai dengan usia dewasa awal. Mereka pada umumnya akan mengalami guncangan batin yang diwarnai oleh tahap perkembangan jiwa masing-masing.

C. Didasarkan pada tingkat ketunanetraan
1. Tunanetra golongan buta
a. Mereka yang sama sekali tidak memiliki atau hampir tidak memiliki persepsi visual.
b. Mereka yang hanya memiliki persepsi cahaya.
c. Mereka yang memiliki persepsi sumber cahaya. Mereka menggunakan tanda-tanda braile sebagai media baca dan pengajaran.


2. Tunanetra Golongan kurang lihat.
a. Mereka yang memiliki persepsi benda-benda ukuran besar (benda-benda berukuran 1 dm atau lebih besar). Mereka masih membutuhkan tanda-tanda braille sebagai media baca dan pengajaran.
b. Mereka yang memiliki persepsi benda-benda sedang (benda-benda berukuran 1 dm dan 2 cm). Diantara mereka ada yang membutuhkan tanda-tanda braile, dan ada yang menggunakan huruf dan tanda visual yang diperbesar.
c. Mereka yang memiliki persepsi benda-benda ukuran kecil (benda-benda berukuran 2 cm atau lebih kecil). Mereka pada umumnya dapat menggunakan huruf dan tanda visual sebagai media baca dan pengajaran.

III. FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA KETUNANETRAAN
1. Faktor Keturunan
2. Faktor sebelum lahir (Pranatal)
- Ketika dalam kandungan kekurangan gizi, terkena infeksi, keracunan.
- Waktu hamil, ibunya menderita penyakit kronis.
- Aborsi yang gagal.
3. Faktor ketika lahir (Natal)
- Kelahiran yang lama, kehabisan cairan
- Kelahiran dibantu alat mengenai syaraf

4. Faktor sesudah lahir (Posnatal)
- Karena sakit
- Karena salah obat
- Karena kecelakaan

IV. KARAKTERISTIK ANAK TUNA NETRA
1. Secara fisik
- Jalan tegak
- Tangan selalu di depan
- Berjalan tersendat
2. Ciri khas dalam intelegensi
- Intelegensi anak tunanetra sama dengan anak nomal pada umumnya. Ada yang cerdas, ada yang rata-rata, ada yang rendah.
3. Ciri khas dalam soal
- Menutup diri
- Egois
- Mengenal orang lewat suara/rabaan
- Antisipasi terhadap orang yang pernah mengecewakannya


ANAK TUNAGRAHITA DAN KARAKTERISTIKNYA

A. PENDAHULUAN
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar istilah anak “bego”, atau kata yang lebih kasar lagi “anak gila”. Itulah sebutan atau predikat untuk anak tunagrahita. Bahkan ada yang mengatakan anak cacat (tuna) adalah sebagai kutukan, pembawa sial, karena perbuatan tidak senonoh orang tuanya. Sehingga setiap orang tua yang mempunyai anak cacat (tuna) merasa malu dan menyembunyikan anak tersebut.
Dan ada pula yang berpendapat, bahwa anak cacat adalah anak yang membawa hoki, membawa keberuntungan. Itulah kenyataan yang terjadi di masyarakat.

B. PENGERTIAN ANAK TUNAGRAHITA
Istilah untuk anak tunagrahita bervariasi, dalam bahasa Indonesia dikenal dengan nama : lemah pikiran, terbelakang mental, cacat grahita dan tunagrahita.
Dalam bahasa Inggris dikenal dengan nama Mentally Handicaped, Mentally Retardid. Anak tunagrahita adalah bagian dari anak luar biasa. Anak luar biasa yaitu anak yang mempunyai kekurangan, keterbatasan dari anak normal. Sedemikian rupa dari segi: fisik, intelektual, sosial, emosi dan atau gabungan dari hal-hal tadi, sehingga mereka membutuhkan layanan pendidikan khusus untuk mengembangkan potensinya secara optimal.
Jadi anak tunagrahita adalah anak yang mempunyai kekurangan atau keterbatasan dari segi mental intelektualnya, dibawah rata-rata normal, sehingga mengalami kesulitan dalam tugas-tugas akademik, komunikasi, maupun sosial, dan karena memerlukan layanan pendidikan khusus.

C. KLASIFIKASI ANAK TUNAGRAHITA
Potensi dan kemampuan setiap anak berbeda-beda demikian juga dengan anak tunagrahita, maka untuk kepentingan pendidikannya, pengelompokkan anak tunagrahita sangat diperlukan. Pengelompokkan itu berdasarkan berat ringannya ketunaan, atas dasar itu anak tungrahita dapat dikelompokkan.
1. Tunagrahita Ringan (Debil)
Anak tunagrahita ringan pada umumnya tampang atau kondisi fisiknya tidak berbeda dengan anak normal lainnya, mereka mempunyai IQ antara kisaran 50 s/d 70. Mereka juga termasuk kelompok mampu didik, mereka masih bisa dididik (diajarkan) membaca, menulis dan berhitung, anak tunagrahita ringan biasanya bisa menyelesaikan pendidikan setingkat kelas IV SD Umum.

2. Tunagrahita Sedang atau Imbesil
Anak tunagrahita sedang termasuk kelompok latih. Tampang atau kondisi fisiknya sudah dapat terlihat, tetapi ada sebagian anak tunagrahita yang mempunyai fisik normal. Kelompok ini mempunyai IQ antara 30 s/d 50. Mereka biasanya menyelesaikan pendidikan setingkat ke;las II SD Umum.

3. Tunagrahita Berat atau Idiot
Kelompok ini termasuk yang sangat rendah intelegensinya tidak mampu menerima pendidikan secara akademis. Anak tunagrahita berat termasuk kelompok mampu rawat, IQ mereka rata-rata 30 kebawah. Dalam kegiatan sehari-hari mereka membutuhkan bantuan orang lain.

D. SEBAB-SEBAB KETUNAAN
Menurut penyelidikan para ahli (tunagrahita) dapat terjadi :
1. Prenatal (sebelum lahir)
Yaitu terjadi pada waktu bayi masih ada dalam kandungan, penyebabnya seperti : campak, diabetes, cacar, virus tokso, juga ibu hamil yang kekurangan gizi, pemakai obat-obatan (naza) dan juga perokok berat.

2. Natal (waktu lahir)
Proses melahirkan yang sudah, terlalu lama, dapat mengakibatkan kekurangan oksigen pada bayi, juga tulang panggul ibu yang terlalu kecil. Dapat menyebabkan otak terjepit dan menimbulkan pendarahan pada otak (anoxia), juga proses melahirkan yang menggunakan alat bantu (penjepit, tang).

3. Pos Natal (sesudah lahir)
Pertumbuhan bayi yang kurang baik seperti gizi buruk, busung lapar, demam tinggi yang disertai kejang-kejang, kecelakaan, radang selaput otak (meningitis) dapat menyebabkan seorang anak menjadi ketunaan (tunagrahita).

E. KARAKTERISTIK ANAK TUNAGRAHITA
Karakteristik atau ciri-ciri anak tunagrahita dapat dilihat dari segi :
1. Fisik (Penampilan)
- Hampir sama dengan anak normal
- Kematangan motorik lambat
- Koordinasi gerak kurang
- Anak tunagrahita berat dapat kelihatan

2. Intelektual
- Sulit mempelajari hal-hal akademik
- Anak tunagrahita ringan, kemampuan belajarnya paling tinggi setaraf anak normal usia 12 tahun dengan IQ antara 50 – 70.
- Anak tunagrahita sedang kemampuan belajarnya paling tinggi setaraf anak normal usia 7, 8 tahun IQ antara 30 – 50
- Anak tunagrahita berat kemampuan belajarnya setaraf anak normal usia 3 – 4 tahun, dengan IQ 30 ke bawah.

3. Sosial dan Emosi
- Bergaul dengan anak yang lebih muda.
- Suka menyendiri
- Mudah dipengaruhi
- Kurang dinamis
- Kurang pertimbangan/kontrol diri
- Kurang konsentrasi
- Mudah dipengaruhi
- Tidak dapat memimpin dirinya maupun orang lain.

F. PENDIDIKAN ANAK TUNAGRAHITA
Berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 bahwa setiap warga negara berhak untuk mendapatkan pengajaran. Demikian halnya dengan anak tunagrahita berhak untuk mendapatkan pendidikan. Sekolah-sekolah untuk melayani pendidikan anak luarbiasa (tunagrahita) yaitu Sekolah Luar Biasa (SLB) atau sekolah berkebutuhan khusus.
Sekolah untuk anak luar biasa terdiri dari :
1. SLB – A untuk anak Tunanetra
2. SLB – B untuk anak Tunarungu
3. SLB – C untuk anak Tunagrahita
4. SLB – D untuk anak Tunadaksa
5. SLB – E untuk anak Tunalaras
6. SLB – F untuk anak Berbakat
7. SLB – G untuk anak cacat ganda

Sekolah Luar Biasa untuk anak tunagrahita dibedakan menjadi :
1. SLB – C untuk Tunagrahita ringan
2. SLB – C1 untuk Tunagrahita sedang

Untuk Tunagrahita berat biasanya berbentuk panti plus asramanya.

G. KURIKULUM
Dalam memberikan layanan pendidikan tidak terlepas dari yang namanya kurikulum. Kurikulum sebagai pedoman bagi sekolah. Kepala sekolah dan guru dalam melaksanakan tugasnya. Kurikulum untuk Sekolah Luar Biasa disesuaikan dengan jenis dan tingkat ketunaannya, mulai dari tingkat TKLB sampai dengan SMALB.
Kurikulum yang sekarang ini digunakan yaitu Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) 2004. Selain mempelajari mata pelajaran umum, ada juga mata pelajaran ke khususan, untuk anak tunagrahita yaitu mata pelajaran “Bina Diri” didalamnya mencakup :
- Kemampuan merawat diri
- Mengurus diri
- Menolong diri
- Komunikasi dan Sosialisasi
Diposkan oleh Defli di 22.53 0 komentar
Beranda
Langgan: Entri (Atom)

Senin, 06 Desember 2010

musik klasik

ANAK CERDAS DAN KREATIF BERKAT ALUNAN MUSIK
Musik tidak cuma merupakan materi hiburan yang memanjakan telinga. Alunan suara yang berirama ini bisa dimanfaatkan untuk merangsang janin agar kelak menjadi anak cerdas dan kreatif. Bahkan musik bisa dipakai untuk memutar janin sungsang kembali ke posisi normal. Sumber : Majalah Intisari Dibandingkan dengan kemampuan rata-rata anak seusianya, anak dari Ny. Ir. Catharina (30) jauh lebih baik. Ketika berusia dua bulan, anaknya sudah bisa tertawa terbahak-bahak. Di usia 3,5 bulan, sudah bisa melepas kacamata kakeknya. Bahkan, ketika umurnya menginjak empat bulan, sudah bisa bersalaman. Semua itu bukan tanpa sebab. Ketika hamil, Ny. Catharina ingat cerita orang tuanya bahwa musik klasik karya Wolfgang Amadeus Mozart bisa membuat perkembangan otak belahan kanan janin dalam kandungan menjadi lebih baik sehingga meningkatkan kemampuan afektif si anak. Dari situlah ia lalu berusaha untuk selalu mendengarkan musik klasik. Dalam perjalanan ke kantornya, musik yang buat banyak orang terasa berat itu terus mengalun dari kaset di dalam mobilnya. Baginya mendengarkan musik klasik bukanlah kegiatan aneh apalagi membosankan karena kebetulan ia pencinta musik klasik. Ia justru terhibur di tengah-tengah kemacetan lalu lintas ibukota. Kedua belahan otak harus imbang
Mendengarkan musik klasik sebenarnya merupakan bagian dari beberapa stimulasi yang biasanya diberikan oleh ibu hamil kepada janin di dalam kandungannya. Demikian kata Prof. Dr. Utami Munandar dalam seminar "Pengaruh Mendengarkan Musik Klasik terhadap Janin dan Kehamilan", di Jakarta, November silam. Menurut guru besar Fakultas Psikologi Universitas Indonesia itu, stimulasi tersebut meliputi stimulasi fisik-motorik dengan "mengelus-elus" jabang bayi melalui kulit perut sang ibu, stimulasi kognitif dengan berbicara dan bercerita kepada janin, dan stimulasi afektif dengan menyentuh perasaan bayi. Makin sering dan teratur perangsangan diberikan, makin efektif pengaruhnya. Pada janin, musik akan merangsang perkembangan sel-sel otak. Perangsangan ini sangat penting karena masa tumbuh kembang otak yang paling pesat terjadi sejak awal kehamilan hingga bayi berusia tiga tahun. Namun, menurut dr. Jimmy Passat, ahli saraf dari FKUI-RSCM, dan Isye Widodo, S.Psi, koordinator Parent Education Program RSAB Harapan Kita, Jakarta, intervensi ini haruslah seimbang. Orang tua sebaiknya tidak hanya menstimulasi kemampuan otak kiri, tetapi juga otak kanannya. Oleh para pakar, organ pengontrol pikiran, ucapan, dan emosi ini memang dibedakan atas dua belahan, kiri dan kanan, dengan fungsi berbeda. Otak kanan berkaitan dengan perkembangan artistik dan kreatif, perasaan, gaya bahasa, irama musik, imajinasi, lamunan, warna, pengenalan diri dan orang lain, sosialisasi, serta pengembangan kepribadian. Sementara otak kiri merupakan tempat untuk melakukan fungsi akademik seperti baca-tulis-hitung, daya ingat (nama, waktu, dan peristiwa), logika, dan analisis. Oleh karena itu, bila stimulasi dilakukan secara seimbang, diharapkan anak yang dilahirkan kelak tidak cuma memiliki kemampuan akademik yang baik tetapi juga kreatif. Kalau dia pintar matematika, dia juga mampu berbahasa, menulis, dan mengarang dengan baik. Sementara itu bagi ibu hamil, musik - terutama yang klasik - bisa membebaskannya dari stres akibat kehamilan. Ini sangat baik sebab, menurut dr. Suharwan Hadisudarmo Sp.OG. MMR, stres yang tidak dikelola dengan baik, akan berdampak buruk bagi ibu yang bersangkutan dan perkembangan janin di rahimnya. Stres pada wanita hamil akan meningkatkan kadar renin angiotensin, yang memang sudah meningkat pada wanita hamil sehingga akan mengurangi sirkulasi rahim-plasenta-janin. Penurunan sirkulasi ini menyebabkan pasokan nutrisi dan oksigen kepada janin berkurang. Perkembangan janin pun terhambat. Hambatan macam ini bisa dihilangkan atau dikurangi bila si ibu mendengarkan musik klasik, terutama karya Mozart. Memang, tidak setiapibu hamil menyukai musik klasik. Namun, kalau didengarkan secara berulang-ulang hingga hafal, akan terasa letak indahnya musik klasik ini. Keindahan dan ketenangan inilah yang membuat musik klasik itu istimewa. Cukup 30 menit sehari
Mungkin semua jenis musik, dari yang tradisional hingga modern, bisa pula dimanfaatkan untuk hal yang sama. Namun, hingga saat ini yang sudah diteliti dan menunjukkan hasil positif baru musik klasik, terutama karya Mozart. Jenis musik ini terbukti efektif dalam menstimulasi perkembangan otak belahan kanan dari janin. Menurut Suzuki (1987), seperti dikutip Utami, bila anak dibesarkan dalam suasana musik Mozart sejak dini, jiwa Mozart yang penuh kasih sayang akan tumbuh juga dalam dirinya. Mendengar alunan musik yang tenang, jantung si janin berdenyut dengan tenang pula. Bahkan, setelah dilahirkan mendengarkan musik klasik juga memberi pengaruh baik bagi si bayi. Sekadar contoh, seperti diberikan Utami, seorang bayi berusia tiga bulan, yang sejak lahir sering diputarkan musik klasik, mampu menggerakkan badannya sesuai dengan iramanya. Jika irama makin cepat menuju klimaks, gerakan bayi lebih cepat dan aktif, dan ketika musik berhenti dia menunjukkan ketidaksenangan. Sementara untuk merangsang belahan otak kiri yang bertanggung jawab terhadap kemampuan akademik, tambah Isye, musik dengan syair yang mendidik terbukti memberi pengaruh baik. "Saya menggunakan lagu-lagu anak-anak Indonesia . Itu merupakan eksperimen saya sendiri. Nah, intervensi yang saya gunakan selama ini ternyata ada gunanya. Bayi yang dilahirkan, ketika berusia dua tahun ternyata memiliki kemampuan komunikasi pasif dan aktif seperti anak usia empat tahun. Contoh lainnya, bayi berusia tiga bulan umumnya belum ada tanda-tanda mengeluarkan kata-kata ''a-e-o''. Tapi bayi yang, ketika masih dalam kandungan, mendapat terapi musik sudah bisa mengeluarkan kata-kata itu, kemampuan berbahasanya lebih cepat," ungkapnya. Isye juga menyatakan, lagu anak-anak yang dipilih untuk terapi cukup dua tiga lagu. Musik bersyair itu misalnya lagu anak-anak ciptaan Ibu Sud atau Ibu Kasur. Menurut dia, Pelangi-Pelangi merupakan lagu paling disukai. "Pada akhir lagu itu '' kan ada syair ''... ciptaan Tuhan''. Jadi sejak janin, calon anak ini sudah mengenal kata Tuhan," jelasnya. Stimulasi perkembangan otak janin ini bisa dilakukan sejak usia kehamilan 18 - 20 minggu. Menurut Harold I. Kaplan, Benjamin J. Sadock, dan Jack A. Grebb, pada usia itu janin sudah dapat mendengar. Dia juga sudah bisa bereaksi terhadap suara dengan memberi respons berupa kontraksi otot, pergerakan, dan perubahan denyut jantung. Bahkan, pada usia itu perkembangan mental emosional janin sudah dapat dipengaruhi musik. Mendengarkannya bisa dilakukan di mana saja. Namun, untuk tujuan terapi sebaiknya dilakukan di tempat khusus untuk terapi dan dipandu oleh pakarnya. "Di tempat terapi ini akan tercipta suasana kebersamaan. Dengan kebersamaan itu, mereka bisa bertukar pengalaman dan sebagainya, sehingga saat menghadapi persalinan persiapan mental mereka sudah bagus dan rasa percaya dirinya juga bagus," jelas Isye. Di samping itu ibu hamil dianjurkan pula mendengarkan musik di rumah secara teratur. Dalam melakukan terapi musik, ibu hamil mesti melalui tahapan relaksasi fisik dan mental sebelum memasuki tahapan stimulasi terhadap janin. "Untuk mencapai rileks fisik saya memberikan relaksasi progresif di mana ibu-ibu mengendurkan dan mengencangkan otot-ototnya, mengatur pernapasan dan sebagainya. Setelah secara fisik rileks, baru memasuki relaksasi mental. Dalam relaksasi mental, saya mengucapkan kata-kata yang bersifat sugesti dan menguatkan. Jadi secara fisik mereka rileks, dan saya membawa mereka ke dalam suasana di mana mereka bisa melupakan semua konflik yang mereka rasakan sebelumnya. Mereka hanya berkonsentrasi untuk terapi. Pada saat diberi instruksi-instruksi untuk relaksasi, diperdengarkan alunan musik yang bisa membangkitkan perasaan rileks. Setela
Diterbitkan di: Agustus 02, 2007

Intelegensi anak
• Apr 5, 2010 at 9:40 PM
• Post a comment
# Anak Cerdas Bukan Karena Keturunan #
Anggapan bahwa kecerdasan anak hanya dapat diturunkan oleh orangtua yang juga cerdas, tampaknya harus diubah. Dengan gizi dan stimulasi yang tepat Anda pun bisa mencetak anak cerdas dan kreatif.
Penelitian menunjukkan bahwa sumbangan faktor genetis terhadap intelegensi seseorang berkisar 40-80 persen. "Kita tidak bisa mengukur berapa persentasi kecerdasan yang diturunkan. Yang pasti anak yang cerdas pun harus distimulasi kemampuan berpikirnya agar kecerdasannya muncul," kata psikolog Roslina Verauli.
Namun bila Anda merasa kecerdasan Anda tergolong rata-rata, tak perlu khawatir nantinya si kecil otaknya kurang "encer". Pasalnya ada faktor lain yang tak kalah penting dalam kecerdasan anak, yakni gizi dan pola asuh orangtua (lingkungan).
Gizi yang baik ibarat bahan bakar bagi otak. Perkembangan sirkuit otak sangat bergantung pada kualitas nutrisi dan stimulasi yang diberikan pada balita sejak dalam kandungan sampai usia tiga tahun pertama, atau disebut masa emas pertumbuhan (golden age period).
Cepatnya pertumbuhan sel otak manusia pada usia bayi hingga usia tiga tahun dan mencapai kesempurnaannya di usia lima tahun, membuat faktor pemenuhan gizi sebagai faktor yang vital.
"Sampai umur setahun, 60 persen energi makanan bayi digunakan untuk pertumbuhan otak," kata dr.Soedjatmiko, Sp.A (K), dokter spesialis anak konsultas tumbuh kembang. Oleh karena itu bayi dan balita membutuhkan banyak protein, karbohidrat, dan lemak.
Selain itu bayi dan balita membutuhkan vitamin B1, B6, asam folat, yodium, zat besi, seng, AA, DHA, sphyngomyelin (kompleks lipid kandungan lemak di otak), sialic acid, dan asam-asam amino seperti tyrosine dan tryptophan.
"ASI mengandung semua kebutuhan tersebut, termasuk AA, DHA," kata Soedjatmiko, yang juga menjadi salah satu pembicara dalam acara Smart Parent Conference yang diadakan oleh Frisian Flag di Jakarta beberapa waktu lalu ini.
Dengan nutrisi yang seimbang, makin banyak jumlah sel-sel otak bayi. "Makin banyak kualitas percabangan sel-sel otak, makin bagus fungsi sinaps (ujung sel saraf) antara sel-sel otak, makin cerdas seorang anak," ujar Soedjatmiko.
Stimulasi tepat
Mengingat pentingnya periode emas ini dalam masa perkembangan anak, orangtua dan guru perlu memberikan stimulasi yang cukup bagi anak. Karena hanya dengan stimulasi, perkembangan kognisi, sosial dan emosi anak bisa mencapai tahap yang optimal.
Merangsang kecerdasan anak sudah bisa dilakukan sejak dini, bahkan sejak dalam kandungan terus menerus setiap hari dengan stimulasi yang bervariasi dan teratur, dengan merangsang otak kiri dan otak kanan bersama-sama.
"Stimulasi akan memengaruhi pertumbuhan sinaps yang membutuhkan sialic acid untuk membentuk gangliosida, yang penting untuk kecepatan proses pembelajaran dan memori," lanjut Soedjatmiko.
Selain itu, rangsangan yang bervariasi dan dilakukan dengan kasih sayang akan melipatgandakan jumlah hubungan antar sel otak sehingga membentuk sirkuit otak yang lebih kompleks, canggih, dan kuat, sehingga kecerdasan anak semakin tinggi dan bervariasi (multiple inteligence).
Menurut Roslina Verauli, untuk memberikan stimulasi yang tepat orangtua harus peka terhadap kemampuan anak. "Ajak anak bermain sesuai dengan minatnya. Ajak pula anak melihat berbagai tempat, jangan hanya ke mal saja," kata psikolog yang akrab di sapa Vera ini.
Vera juga menyarankan agar orangtua memberikan tempat tinggal yang kaya fasilitas penunjang kecerdasan, seperti adanya buku- buku, alat musik, juga halaman tempat anak bermain. "Bila tak punya halaman, sesekali ajak anak ke lapangan atau taman publik," cetusnya.
Terakhir adalah stimulasi berupa pendidikan dan pelatihan yang memadai. "Selain sekolah, ikutkan anak pada kegiatan eskul. Tapi bukan les matematika, melainkan yang berkaitan dengan minat anak. Bila dua tahun tidak ada perkembangan, stop, ganti dengan eskul lain," ujar psikolog yang sering menjadi narasumber di berbagai media ini.
# Nutrisi Otak Agar Anak Cerdas #

Agar si kecil tumbuh sehat juga cerdas maka Kebutuhan yang diperlukan antara lain Lemak Pembangunan Otak, Lemak, terutama asam lemak (DHA dan ARA), adalah salah satu nutrisi yang penting untuk pertumbuhan otak dan mata si kecil. Kekurangan kedua jenis asam lemak esensial itu saat lahir berkorelasi dengan berat badan yang rendah, lingkar kepala yang kecil, dan ukuran plasenta yang rendah. Akibatnya perkembangan sistem saraf pusat dan kemampuan kognitif di masa selanjutnya pun turut terpengaruh. menurut suatu penelitian yang dipublikasian dalam Brithis Medical Journal, Inggris, tahun 2001.
Untuk mencukupi kebutuhan tersebut, berikan ASI seoptimal mungkin untuk si kecil. Sebab ASI terbukti mengandung asam lemak yang dibutuhkan otak untuk bisa berkembang. Dari studi yang dilakukan di The University of Kentucky Chandler Medical Center, Amerika Serikat, terbukti IQ bayi yang diberi ASI jauh lebih tinggi dibanding dengan yang tidak diberi ASI. Dan, pada saat anak mulai diberikan makanan padat, kebutuhan asam lemak itu bisa Anda penuhi dengan memberikan ikan, telur bebek, susu yang diperkaya DHA dan ARA, atau minyak jagung.
Karbohidrat Bahan Bakar Otak Glukosa dari makanan yang kaya karbohidrat merupakan bahan bakar otak yang amat penting agar otak berfungsi optimal. Proses pengolahan informasi dan mengingat dapat berjalan dengan baik dengan terpenuhinya kebutuhan glukosa otak tersebut. Ini semua bisa didapatkan dengan memberikan anak berbagai jenis kacang-kacangan, kentang, buah-buahan seperti pisang, sawo, serta sayur-sayuran misalnya singkong dan daun ubi jalar.
Sedangkan untuk Protein Pembentukan Neurotransmiter adalah senyawa asam amino yang berperan terhadap proses pengolahan informasi di otak. Kadar ini sendiri amat berpengaruh terhadap seberapa banyak protein yang ada dalam makanan yang dikonsumsi sehari-hari Kebutuhan ini bisadidapat dari ikan, daging, keju, yogur dan kacang-kacangan Sedangkan kebutuhan Buah-buahan, Sayur-sayuran yang diperkaya antioksidan amat diperlukan untuk melindungi otak dari proses kerusakan sel-sel otak yang dapat menyebabkan kesulitan dalam mengingat, seperti proses belajarpun jadi lamban.
# Nutrisi Tepat, Anak Cerdas #
USIA balita adalah masa pertumbuhan pesat, termasuk otak yaitu organ penting sebagai pusat kontrol, berpikir, emosi, dan tingkah laku. Keberhasilan proses pertumbuhan otak dipengaruhi asupan gizi yang seimbang semasa bayi dalam kandungan, masa bayi, dan balita.
Karena itu, penerapan pola makan yang baik sudah harus dimulai sejak dini. Diketahui, kecerdasan dipengaruhi tiga hal, yaitu genetik, lingkungan, dan gizi. Kekurangan zat gizi tertentu bisa menghambat perkembangan otak dan bisa menurunkan kecerdasan anak.
Faktor gizi menjadi penting karena bersifat irreversible, jadi jika kekurangan pada masa tertentu tidak dapat pulih. Karena itu sebagai orangtua, memilih makanan terbaik dengan kandungan nutrisi seimbang dan porsi yang tepat harus dikuasai.
Pertumbuhan otak atau masa cepat tumbuh otak terjadi ketika bayi masih dalam kandungan hingga bayi berusia 18 bulan. Karena itu, ibu hamil juga harus memperhatikan asupan nutrisi yang dimakan. Perkembangan otak berlanjut di masa balita, merupakan suatu periode penting bagi proses tumbuh-kembang.
Masa pertumbuhan dan perkembangan usia balita menjadi penentu keberhasilan pertumbuhan dan perkembangan anak pada periode selanjutnya. Pertumbuhan dan perkembangan balita yang optimal sangat dipengaruhi asupan zat gizi makanan yang dikonsumsi.
Begitu juga dengan pertumbuhan dan perkembangan otak yang berhubungan erat dengan tingkat kecerdasan anak. Sementara itu, otak janin mengalami periode pertumbuhan cepat pertama kali saat kehamilan trimester ketiga. Pada trimester ketiga ini, sel neuron (sel-sel otak) pada otak besar membelah dan membagi dengan cepat. Berbagai nutrisi berperan penting dalam pembentukan dan perkembangan otak janin yang telah dimulai pada awal kehamilan.
Kebutuhan zat gizi yang penting ditingkatkan selama kehamilan adalah karbohidrat (energi), protein, kalsium, fosfor, zat besi, magnesium, seng, iodium, vitamin A, B1, B3, B6, B9 (asam folat), C, dan vitamin D. Pada trimester ketiga usia kehamilan, sangat penting mengonsumsi bahan makanan yang mengandung zat gizi, seperti vitamin B6, seng, kalsium, zat besi, protein, dan B9.
Masa pertumbuhan emas otak tahapan kedua terjadi saat bayi baru lahir sampai usia 30 bulan. Usia bayi 0–6 bulan sangat disarankan untuk diberikan air susu ibu (ASI) eksklusif. ASI mengandung nutrisi yang cukup hingga bayi berusia enam bulan. Menginjak usia 6–30 bulan, bayi mulai diberi makanan sesuai kebutuhan tubuhnya.

# Anak cerdas dengan alunan musik #
Musik tidak sekedar hiburan yang menyenangkan untuk di dengar tetapi dari beberapa penelitian membuktikan bahwa musik juga dapat mencerdaskan anak. Alunan suara yang berirama dapat dimanfaatkan untuk merangsang janin agar kelak menjadi anak cerdas dan kreatif. Ahli lain percaya bahwa musik dapat dipakai untuk memutar janin sungsang kembali ke posisi normal. Lalu musik yang bagaimana yang dapat membuat anak menjadi cerdas? Apakah harus musik klasik yang sudah banyak diteliti?
Menurut psikolog dan terapis Dra. Louise M, MPsi, mengatakan bahwa bukan hanya musik klasik yang dapat memberikan terapi bagi janin, bayi dan anak-anak tetapi semua musik yang berirama tenang, mengalun lembut dan teratur. Dan bukan musik yang beraliran cadas atau musik metal yang membuat anak justru menjadi gelisah. Adapun untuk musik klasik memang sudah tidak diragukan lagi karena sudah banyak diteliti seperti karya Mozart dan Sebastian Bach.
Musik klasik karya Wolfgang Amadeus Mozart bisa membuat perkembangan otak belahan kanan janin dalam kandungan menjadi lebih baik sehingga meningkatkan kemampuan afektif si anak. Oleh karena itu sangat dianjurkan bagi ibu yang sedang mengandung untuk mendengarkan musik yang lembut atau musik klasik. Hal ini dapat dilakukan ketika sedang dalam perjalanan dalam mobil atau sambil tiduran. Ketika ibu sedang mendengarkan musik dengan nyaman maka akan membuat detak jantung dan desir aliran darah menjadi teratur sehingga emosinya menjadi stabil. Emosi yang stabil pada ibu akan membuat makan menjadi teratur dan kebutuhan nutrisi untuk bayi dapat terpenuhi dengan baik.
Mendengarkan musik klasik sebenarnya merupakan bagian dari beberapa stimulasi yang biasanya diberikan oleh ibu hamil kepada janin di dalam kandungan. Menurut guru besar Prof. Dr. Utami Munandar, stimulasi tersebut meliputi stimulasi fisik-motorik dengan "mengelus-elus" jabang bayi melalui kulit perut sang ibu, stimulasi kognitif dengan berbicara dan bercerita kepada janin, dan stimulasi afektif dengan menyentuh perasaan bayi. Makin sering dan teratur perangsangan diberikan, makin efektif pengaruhnya. Pada janin, musik akan merangsang perkembangan sel-sel otak. Perangsangan ini sangat penting karena masa tumbuh kembang otak yang paling pesat terjadi sejak awal kehamilan hingga bayi berusia tiga tahun.
Berbagai penelitian telah membuktikan musik Mozart dapat: 1). Menstimulasi otak kanan, meningkatkan kreatifitas berpikir, 2). Mengurangi stress dan tekanan, 3). Memelihara pikiran, tubuh dan jiwa anda, 4). Menstabilkan detak jantung, tekanan darah dan temperatur tubuh.
Efek musik Mozart pada janin dalam kandungan, bayi baru lahir, bayi dan anak-anak adalah : 1). mengatur pergerakan alami tubuh, 2). mengurangi stres & membuat bayi lebih aktif, 3). meningkatkan kestabilan emosional, 4). menstimulasi gerakan tubuh, 5). membuat tubuh menjadi lebih rileks.
Musik tidak hanya diberikan pada saat janin masih dalam kandungan tetapi setelah dilahirkan pun masih terus untuk mengoptimalkan tumbuh kembang anak. Dengan semakin bertambah usia anak-anak menyukai musik yang berdampak juga untuk tumbuh kembang masa anak-anak, remaja dan dewasa.

Kedahsyatan di Balik Alunan Musik Klasik
Jakarta, Sinar Harapan Jangan sepelekan musik klasik. Musik abad ke-18 yang dinilai monoton dan mengundang kantuk bagi orang awam ini ternyata membawa dampak positif bagi perkembangan kecerdasan anak. Dari sekian banyak deretan gubahan komposer klasik, karya Wolfgang Amadeus Mozart dinilai paling tepat untuk dikonsumsi anak-anak dan bisa menjadi semacam terapi bagi pasien. Adalah Don Campbell, seorang pakar musik asal Amerika Serikat (AS) yang pertama kali melakukan penelitian mengenai hal ini. Menurut Dra. Hj. Iesye Widodo Psi, seorang psikolog sekaligus praktisi terapi musik bagi anak dan ibu hamil, Campbell bahkan mengalami sendiri penyembuhan penyakit pembekuan darah otak dengan terapi musik klasik. Dari pengalaman pribadi inilah maka Campbell melakukan penelitian terhadap efek musik klasik terhadap mental emosional dan spiritual dalam pembinaan dan pembentukan ketajaman pikiran. Semua hasil penelitian ini tercurah dalam buku berjudul Efek Mozart yang ditulisnya. Pemanfaatan musik klasik terutama ciptaan Mozart sudah lama dikenal dan dipraktekan di AS serta negara-negara Eropa. ”Di Indonesia, pemanfaatan musik untuk merangsang peningkatan ketajaman pikiran atau IQ dan kreativitas atau EQ baru mulai dikenal sejak 1995. Ternyata bayi atau anak yang lahir dari ibu-ibu yang telah mengikuti dengan teratur kegiatan terapi musik dan menyanyi selama hamil menunjukkan tingkat kecerdasan mental dan emosi yang tergolong baik,” papar Isye dalam sebuah seminar tentang efek musik klasik dan perkembangan kecerdasan di Jakarta , Sabtu (7/9). ”Musical Intelligence” Isye mengutip psikolog AS Dr. Alfred Tomatis yang merupakan pelopor penelitian efek bunyi bahwa melalui musik seorang ibu hamil dapat dengan mudah berkomunikasi dan bersambung rasa dengan janinnya. Penelitian yang dilakukan Tomatis pada 1980 ini didukung oleh penggunaan magnetic resonance imaging (MRI) dan Positron Emision Tomography (PET scan). Kedua alat ini memberi hasil akurasi reaksi kerja otak terhadap rangsangan suara yang datang. Ternyata aktivitas otak menimbulkan gerakan motorik tertentu dari bayi. Kesimpulan yang diambil kemudian antara lain, musik jenis tertentu dapat mengatur cepat atau lambatnya denyut jantung bayi selama masih dalam kandungan. Bahkan berat badan bayi prematur akan membaik setelah diberi terapi musik klasik. Anak-anak balita yang mendapat pelajaran musik-musik secara teratur memiliki kelebihan dalam aktivitas motorik, kemampuan matematik maupun membaca dibanding dengan anak lain yang tidak diberi latihan tersebut. Asal tahu saja, janin telah dapat mendengar dengan jelas pada usia enam bulan dalam kandungan sehingga ia dapat menggerakkan tubuhnya sesuai dengan irama musik atau dana suara sang ibu. Pendapat ini didukung oleh Dr.Karel Staa, SpA, seorang dokter spesialis anak yang menyatakan bahwa secara embriologis bayi di dalam kandungan mulai terbentuk pusat saraf dan jaringannya sejak minggu pertama kehamilan. Dalam usia kehamilan 30 minggu, jaringan saraf dan alat pendengaran mulai berfungsi baik sehingga dapat menerima rangsangan suara dari luar kandungan dengan kekuatan frekuensi tertentu. Memang musik bukanlah segala-galanya bagi kehidupan manusia. Bahkan cabang seni satu ini kerap dianggap remeh bagi mayoritas orang. Seorang anak akan dimarahi jika nilai matematika di sekolahnya buruk, tapi tidak pernah ditegur kalau nilai pelajaran seninya jelek. Dra. Rose Mini A. Prianto, Mpsi menuturkan bahwa musical intelligence yakni kemampuan mengekspresikan diri lewat lagu dan memahami musik hanyalah salah satu dari sembilan jenis intelegensi yang dikemukakan Howard Gardner, seorang psikolog pendidikan asal Harvard University . ”Namun jangan dianggap enteng, sebab dengan mendengar musik ada beberapa keuntungan yang didapat oleh otak kita. Dengan mendengar alunan musik otomatis kita mendapat latihan memori, pelajaran bahasa (kalau musik itu berbahasa asing) serta latihan berpikir,” tutur pengajar fakultas psikologi Universitas Indonesia (UI) ini dalam kesempatan serupa. Dengan mendengar sebuah irama musik maka otak dilatih mengingat sebuah irama yang kelak akan didengar lagi. Jika musik itu berbahasa asing maka kita terangsang untuk mengetahui apa arti liriknya. Dan irama yang kita dengar membuat kita mengerti makna keindahan musik . Rose menjelaskan kita tidak perlu menjadi pemusik profesional untuk mampu berpikir secara musikal. Setiap orang memiliki kecerdasan untuk memahami musik dan jika dirangsang akan dapat berkembang secara optimal. Lebih jauh Rose berpendapat, jangan pernah membatasi mendengarkan satu jenis musik saja, sebab semua musik sama-sama memiliki rangsangan terhadap otak. Bukan Hanya Klasik Kebetulan saja Campbell meneliti musik klasik gubahan Mozart yang dianggapnya memiliki irama, melodi dan frekuensi tinggi yang bisa merangsang dan memberi daya ingat kepada daerah kreatif dalam otak. Musik Mozart tidak membangkitkan gelombang emosi yang naik turun dengan tajam seperti karya Beethoven. Karyanya juga tidak kaku dan datar seperti lagu Gregorian, namun juga tidak terlalu lembut membuai seperti pengantar tidur bayi. Kelebihan-kelebihan inilah yang dapat membuat seseorang merasa rileks dan tenang ketika mendengarkan gubahan Mozart. Rasa rileks ini disinyalir dapat membuat otak tenang dan memperlancar aliran darah sehingga meningkatkan kinerja otak. Lain menurut Campbell , lain lagi di mata Maya Hasan. Pemain harpa yang pernah meraih penghargaan Violet Burlingham Award ini menganggap ada tiga anggapan salah yang beredar di sebagian kalangan orang.. ”Orang banyak mengira bahwa hanya musik klasik yang patut didengarkan, padahal tidak juga. Semua jenis musik dapat merangsang kerja otak dan baik untuk pertumbuhan. Lalu ada lagi presepsi yang mengatakan bahwa cuma musik karya Mozart saja yang patut diperdengarkan pada anak. Dan presepsi salah lain adalah fanatisme terhadap kategori musik klasik,” ujar Maya. Menurut ibu dari tiga anak ini, ada baiknya seorang anak juga diperkenalkan pada musik jenis lain, bukan hanya klasik saja. Sebab dengan memiliki lebih banyak perbendaharaan musik maka seseorang akan lebih mempunyai ketajaman rangsangan terhadap segala kondisi.(mer)
http://www.sinarharapan.co.id/berita/0209/09/ipt01.html

Jumat, 02 Juli 2010

kebudayaan dan kepribadian

aKEBUDAYAAN DAN KEPRIBADIAN
Enkulturasi adalah proses penerusan kebudayaan dari kebudayaan dari generasi yang satu ke generasi berikutnya. Dimulai segera setelah lahir, ketika kesadaran diri—kemampuan untuk melihat dirinya sendiri sebagai sebuah obyek dalam waktu dan ruang dan untuk menilai perbuatan sendri—si bayi mulai berkembang.
Pada tahun 1690 John Locke mengemukakan teori tabula rasa. Pengertian tersebut mengandung makna bahwa manusia yang baru lahir adalah bagaikan batu tulis yang bersih, dan akan menjadi apakah seseorang di dalam hidupnya, dituliskan pada batu tulis itu oleh pengalaman hidupnya. Implikasinya ialaha bahwa semua individu pada waktu lahir menurut potensi pertumbuhan kepribadiannya secara biologis adalah identik, dan bahwa kepribadiannya pada masa dewasa semata-mata adalah hasil dari pengalaman-pengalamannya sesudah lahir, yang berbeda-beda menurut kebudayaannya.
Diri Pribadi (The Self)
Enkulturasi mulai dengan tumbuhnya kesadaran diri—kemampuan untuk melihat dirinya sendiri sebagai suatu obyek, untuk bereaksi terhadap dirinya sendiri, dan untuk menilai diri sendiri. Salah satu aspek kesadaran diri yang penting ialah pemberian nilai yang positif kepada diri sendiri (the self).
Lingkungan Perilaku
Aspek pada lingkungan perilaku adalah apa yang mungkin paling tepat dapat disebut orientasi normatif. Nilai, cita-cita, dan standar, yang selalu berasal dari kebudayaan adalah bagian dari lingkungan perilaku individu.
Orang Penobscot
Abad ketujuh belas, orang Penobscot menganggap tiap-tiap individu terdiri dari dua bagian—yakni tubuh, dan apa yang dapat disebut “pribadi vital” (“vital self”). Yang terakhir ini tergantung pada tubuh, tetapi dapat melepaskan diri dari tubuh dan selama waktu yang singkat dapat berjalan-jalan untuk melakukan tindakan-tindakan lahiriah dan untuk berhubungan dengan pribadi vital lain. Apabila pribadi vital itu dalam waktu yang wajar kembali ke dalam tubuh, individu yang bersamngkutan tetap sehat walafiat. Akan tetapi, kalu pribadi vital tersebut terhalang kembali ke dalam tubuh, maka individu akan menjadi sakit dan meninggal.

KEPRIBADIAN
Kepribadian adalah produk enkulturasi, sebagaimana dialami oleh para individu, masing-masing dengan watak genetiknya sendiri-sendiri. “Kepribadian” tidak dapat didefinisikan secara formal, tetapi untuk keperluan kita, kepribadian dapat dianggap sebagai cara khas seseorang berfikir, merasa dan bertindak.

teori belajar behavioristik

A.Pengertian Teori Belajar Behavioristik
Teori Behavioristik merupakan sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Kemudian teori ini berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap pengembangan teori pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya.
Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada pebelajar, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan pebelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus dan respon, oleh karena itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh pebelajar (respon) harus dapat diamati dan diukur. Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut. Faktor lain yang dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor penguatan (reinforcement). Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan semakin kuat. Begitu pula bila respon dikurangi/dihilangkan (negative reinforcement) maka respon juga semakin kuat.
B.Prinsip-Prinsip dalam Teori Behavioristik
1. Perilaku nyata dan terukur memiliki makna tersendiri, bukan sebagai perwujudan dari jiwa atau mental yang abstrak
2. Aspek mental dari kesadaran yang tidak memiliki bentuk fisik adalah pseudo problem untuk sciene, harus dihindari.
3. Penganjur utama adalah Watson : overt, observable behavior, adalah satu-satunya subyek yang sah dari ilmu psikologi yang benar.
4. Dalam perkembangannya, pandangan Watson yang ekstrem ini dikembangkan lagi oleh para behaviorist dengan memperluas ruang lingkup studi behaviorisme dan akhirnya pandangan behaviorisme juga menjadi tidak seekstrem Watson, dengan mengikutsertakan faktor-faktor internal juga, meskipun fokus pada overt behavior tetap terjadi.
5. Aliran behaviorisme juga menyumbangkan metodenya yang terkontrol dan bersifat positivistik dalam perkembangan ilmu psikologi.
6. Banyak ahli membagi behaviorisme ke dalam dua periode, yaitu behaviorisme awal dan yang lebih belakangan.

C. Tokoh-Tokoh Aliran Behavioristik
1. Edward Lee Thorndike (1874 - 1949)
Menurut Thorndike, belajar merupakan proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus adalah apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Respon adalah reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, juga dapat berupa pikiran, perasaan, gerakan atau tindakan. Teori Thorndike ini sering disebut teori koneksionisme. Prinsip pertama teori koneksionisme adalah belajar suatu kegiatan membentuk asosiasi (connection) antara kesan panca indera dengan kecenderungan bertindak. Misalnya, jika anak merasa senang atau tertarik pada kegiatan jahit-menjahit, maka ia akan cenderung mengerjakannya. Apabila hal ini dilaksanakan, ia merasa puas dan belajar menjahit akan menghasilkan prestasi memuaskan.
Dengan adanya pandangan-pandangan Thorndike yang memberikan sumbangan cukup besar di dunia pendidikan tersebut, maka ia dinobatkan sebagai salah satu tokoh pelopor dalam psikologi pendidikan. Selain itu, bentuk belajar yang paling khas baik pada hewan maupun pada manusia menurutnya adalah “trial and error learning atau selecting and connecting learning” dan berlangsung menurut hukum-hukum tertentu. Menurut Thorndike terdapat tiga hukum belajar yang utama yaitu :
a. The Law of Effect (Hukum Akibat)
Hukum akibat yaitu hubungan stimulus respon yang cenderung diperkuat bila akibatnya menyenangkan dan cenderung diperlemah jika akibatnya tidak memuaskan. Hukum ini menunjuk pada makin kuat atau makin lemahnya koneksi sebagai hasil perbuatan. Suatu perbuatan yang disertai akibat menyenangkan cenderung dipertahankan dan lain kali akan diulangi. Sebaliknya, suatu perbuatan yang diikuti akibat tidak menyenangkan cenderung dihentikan dan tidak akan diulangi. Koneksi antara kesan panca indera dengan kecenderungan bertindak dapat menguat atau melemah, tergantung pada “buah” hasil perbuatan yang pernah dilakukan. Misalnya, bila anak mengerjakan PR, ia mendapatkan muka manis gurunya. Namun, jika sebaliknya, ia akan dihukum. Kecenderungan mengerjakan PR akan membentuk sikapnya.
b. The Law of Exercise (Hukum Latihan)
Hukum latihan yaitu semakin sering tingkah laku diulang/dilatih (digunakan), maka asosiasi tersebut akan semakin kuat. Dalam hal ini, hukum latihan mengandung dua hal:
1. The Law of Use : hubungan-hubungan atau koneksi-koneksi akan menjadi bertambah kuat, kalau ada latihan yang sifatnya lebih memperkuat hubungan itu.
2. The Law of Disue : hubungan-hubungan atau koneksi-koneksi akan menjadi bertambah lemah atau terlupa kalau latihan-latihan dihentikan, karena sifatnya yang melemahkan hubungan tersebut.
c. The Law of Readiness (Hukum Kesiapan) Hukum kesiapan yaitu semakin siap suatu organisme memperoleh suatu perubahan tingkah laku, maka pelaksanaan tingkah laku tersebut akan menimbulkan kepuasan individu sehingga asosiasi cenderung diperkuat. Prinsip pertama teori koneksionisme adalah belajar merupakan suatu kegiatan membentuk asosiasi (connection) antara kesan panca indera dengan kecenderungan bertindak. Misalnya, jika anak merasa senang atau tertarik pada kegiatan jahit-menjahit, maka ia akan cenderung mengerjakannya. Apabila hal ini dilaksanakan, ia merasa puas dan belajar menjahit akan menghasilkan prestasi memuaskan.
2. John Watson (1878 - 1958) Watson adalah seorang behavioris murni, kajiannya tentang belajar disejajarkan dengan ilmu-ilmu lain seperi Fisika atau Biologi yang sangat berorientasi pada pengalaman empirik semata, yaitu sejauh mana dapat diamati dan diukur. Menurut Watson, belajar merupakan proses interaksi antara stimulus dan respon, namun stimulus dan respon tersebut harus dapat diamati dan diukur. Jadi perubahan-perubahan mental dalam diri seseorang selama proses belajar, tidak perlu diperhitungkan karena tidak dapat diamati. Pandangan utama Watson:
a. Psikologi mempelajari stimulus dan respons (S-R Psychology). Yang dimaksud dgn stimulus adalah semua obyek di lingkungan, termasuk juga perubahan jaringan dalam tubuh. Respon adalah apapun yang dilakukan sebagai jawaban terhadap stimulus, mulai dari tingkat sederhana hingga tingkat tinggi, juga termasuk pengeluaran kelenjar. Respon ada yang overt dan covert, learned dan unlearned
b. Tidak mempercayai unsur herediter (keturunan) sebagai penentu perilaku. Perilaku manusia adalah hasil belajar sehingga unsur lingkungan sangat penting (lihat pandangannya yang sangat ekstrim menggambarkan hal ini pada Lundin, 1991 p. 173). Dengan demikian pandangan Watson bersifat deterministik, perilaku manusia ditentukan oleh faktor eksternal, bukan berdasarkan free will.
c. Dalam kerangka mind-body, pandangan Watson sederhana saja. Baginya, mind mungkin saja ada, tetapi bukan sesuatu yang dipelajari ataupun akan dijelaskan melalui pendekatan ilmiah. Jadi bukan berarti bahwa Watson menolak mind secara total. Ia hanya mengakui body sebagai obyek studi ilmiah. Penolakan dari consciousness, soul atau mind ini adalah ciri utama behaviorisme dan kelak dipegang kuat oleh para tokoh aliran ini, meskipun dalam derajat yang berbeda-beda. [Pada titik ini sejarah psikologi mencatat pertama kalinya sejak jaman filsafat Yunani terjadi penolakan total terhadap konsep soul dan mind. Tidak heran bila pandangan ini di awal mendapat banyak reaksi keras, namun dengan berjalannya waktu behaviorisme justru menjadi populer.
d. Sejalan dengan fokusnya terhadap ilmu yang obyektif, maka psikologi harus menggunakan metode empiris. Dalam hal ini metode psikologi adalah observation, conditioning, testing, dan verbal reports.
e. Secara bertahap Watson menolak konsep insting, mulai dari karakteristiknya sebagai refleks yang unlearned, hanya milik anak-anak yang tergantikan oleh habits, dan akhirnya ditolak sama sekali kecuali simple reflex seperti bersin, merangkak, dan lain-lain.
f. Sebaliknya, konsep learning adalah sesuatu yang vital dalam pandangan Watson, juga bagi tokoh behaviorisme lainnya. Habits yang merupakan dasar perilaku adalah hasil belajar yang ditentukan oleh dua hukum utama, recency dan frequency. Watson mendukung conditioning respon Pavlov dan menolak law of effect dari Thorndike. Maka habits adalah proses conditioning yang kompleks. Ia menerapkannya pada percobaan phobia (subyek Albert). Kelak terbukti bahwa teori belajar dari Watson punya banyak kekurangan dan pandangannya yang menolak Thorndike salah.

g. Pandangannya tentang memory membawanya pada pertentangan dengan William James. Menurut Watson apa yang diingat dan dilupakan ditentukan oleh seringnya sesuatu digunakan/dilakukan. Dengan kata lain, sejauh mana sesuatu dijadikan habits. Faktor yang menentukan adalah kebutuhan.
h. Proses thinking and speech terkait erat. Thinking adalah subvocal talking. Artinya proses berpikir didasarkan pada keterampilan berbicara dan dapat disamakan dengan proses bicara yang „”tidak terlihat‟, masih dapat diidentifikasi melalui gerakan halus seperti gerak bibir atau gesture lainnya.
i. Sumbangan utama Watson adalah ketegasan pendapatnya bahwa perilaku dapat dikontrol dan ada hukum yang mengaturnya. Jadi psikologi adalah ilmu yang bertujuan meramalkan perilaku. Pandangan ini dipegang terus oleh banyak ahli dan diterapkan pada situasi praktis. Dengan penolakannya pada mind dan kesadaran, Watson juga membangkitkan kembali semangat obyektivitas dalam psikologi yang membuka jalan bagi riset-riset empiris pada eksperimen terkontrol.
3. Clark L. Hull (1884 - 1952)
Clark Hull juga menggunakan variable hubungan antara stimulus dan respon untuk menjelaskan pengertian belajar. Menurut Clark Hull, semua fungsi tingkah laku bermanfaat terutama untuk menjaga agar organisme tetap bertahan hidup. Oleh sebab itu Hull mengatakan kebutuhan biologis (drive) dan pemuasan kebutuhan biologis (drive reduction) adalah penting dan menempati posisi sentral dalam seluruh kegiatan manusia, sehingga stimulus (stimulus dorongan) dalam belajarpun hampir selalu dikaitkan dengan kebutuhan biologis, walaupun respon yang akan muncul mungkin dapat berwujud macam-macam. Prinsip-prinsip utama teorinya :
• Reinforcement adalah faktor penting dalam belajar yang harus ada. Namun fungsi reinforcement bagi Hull lebih sebagai drive reduction daripada satisfied factor.
• Dalam mempelajari hubungan S-R yang diperlu dikaji adalah peranan dari intervening variable (atau yang juga dikenal sebagai unsure O (organisma)). Faktor O adalah kondisi internal dan sesuatu yang disimpulkan (inferred), efeknya dapat dilihat pada faktor R yang berupa output. Karena pandangan ini Hull dikritik karena bukan behaviorisme sejati.
• Proses belajar baru terjadi setelah keseimbangan biologis terjadi. Di sini tampak pengaruh teori Darwin yang mementingkan adaptasi biologis organism.
4. Burrhus Frederic Skinner (1904 - 1990)
Konsep-konsep yang dikemukanan Skinner tentang belajar lebih mengungguli konsep para tokoh sebelumnya. Ia mampu menjelaskan konsep belajar secara sederhana, namun lebih komprehensif. Menurut Skinner hubungan antara stimulus dan respon yang terjadi melalui interaksi dengan lingkungannya, yang kemudian menimbulkan perubahan tingkah laku, tidaklah sesederhana yang dikemukakan oleh tokoh tokoh sebelumnya. Menurutnya respon yang diterima seseorang tidak sesederhana itu, karena stimulus-stimulus yang diberikan akan saling berinteraksi dan interaksi antar stimulus itu akan mempengaruhi respon yang dihasilkan. Respon yang diberikan ini memiliki konsekuensi-konsekuensi. Konsekuensi-konsekuensi inilah yang nantinya mempengaruhi munculnya perilaku. Oleh karena itu dalam memahami tingkah laku seseorang secara benar harus memahami hubungan antara stimulus yang satu dengan lainnya, serta memahami konsep yang mungkin dimunculkan dan berbagai konsekuensi yang mungkin timbul akibat respon tersebut. Skinner juga mengemukakan bahwa dengan menggunakan perubahan-perubahan mental sebagai alat untuk menjelaskan tingkah laku hanya akan menambah rumitnya masalah karena perlu penjelasan lagi.
D. Aplikasi Teori Behavioristik dalam Pembelajaran
Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa hal seperti: tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik pebelajar, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia.
Pembelajaran yang dirancang dan berpijak pada teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan adalah obyektif, pasti, tetap, tidak berubah. Pengetahuan telah terstruktur dengan rapi, sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindahkan pengetahuan (transfer of knowledge) ke orang yang belajar atau pebelajar. Fungsi pikiran adalah untuk menjiplak struktur pengetahuan yang sudah ada melalui proses berpikir yang dapat dianalisis dan dipilah, sehingga makna yang dihasilkan dari proses berpikir seperti ini ditentukan oleh karakteristik struktur pengetahuan tersebut. Pebelajar diharapkan akan memiliki pemahaman yang sama terhadap pengetahuan yang diajarkan. Artinya, apa yang dipahami oleh pengajar atau guru itulah yang harus dipahami oleh murid. Demikian halnya dalam pembelajaran, pebelajar dianggap sebagai objek pasif yang selalu membutuhkan motivasi dan penguatan dari pendidik. Oleh karena itu, para pendidik mengembangkan kurikulum yang terstruktur dengan menggunakan standar-standar tertentu dalam proses pembelajaran yang harus dicapai oleh para pebelajar. Begitu juga dalam proses evaluasi belajar pebelajar diukur hanya pada hal-hal yang nyata dan dapat diamati sehingga hal-hal yang bersifat tidak teramati kurang dijangkau dalam proses evaluasi.
Implikasi dari teori behavioristik dalam proses pembelajaran dirasakan kurang memberikan ruang gerak yang bebas bagi pebelajar untuk berkreasi, bereksperimentasi dan mengembangkan kemampuannya sendiri. Karena sistem pembelajaran tersebut bersifat otomatis-mekanis dalam menghubungkan stimulus dan respon sehingga terkesan seperti kinerja mesin atau robot. Akibatnya pebelajar kurang mampu untuk berkembang sesuai dengan potensi yang ada pada diri mereka. Karena teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan telah terstruktur rapi dan teratur, maka pebelajar atau orang yang belajar harus dihadapkan pada aturan-aturan yang jelas dan ditetapkan terlebih dulu secara ketat. Pembiasaan dan disiplin menjadi sangat esensial dalam belajar, sehingga pembelajaran lebih banyak dikaitkan dengan penegakan disiplin. Kegagalan atau ketidakmampuan dalam penambahan pengetahuan dikategorikan sebagai kesalahan yang perlu dihukum dan keberhasilan belajar atau kemampuan dikategorikan sebagai bentuk perilaku yang pantas diberi hadiah. Demikian juga, ketaatan pada aturan dipandang sebagai penentu keberhasilan belajar. Pebelajar atau peserta didik adalah objek yang berperilaku sesuai dengan aturan, sehingga kontrol belajar harus dipegang oleh sistem yang berada di luar diri pebelajar. Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada penambahan pengetahuan, sedangkan belajar sebagi aktivitas “mimetic”, yang menuntut pebelajar untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari dalam bentuk laporan, kuis, atau tes. Penyajian isi atau materi pelajaran menekankan pada ketrampian yang terisolasi atau akumulasi fakta mengikuti urutan dari bagian ke keseluruhan. Pembelajaran mengikuti urutan kurikulum secara ketat, sehingga aktivitas belajar lebih banyak didasarkan pada buku teks/buku wajib dengan penekanan pada ketrampilan mengungkapkan kembali isi buku teks/buku wajib tersebut. Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada hasil belajar. Evaluasi menekankan pada respon pasif, ketrampilan secara terpisah, dan biasanya menggunakan paper and pencil test. Evaluasi hasil belajar menuntut jawaban yang benar. Maksudnya bila pebelajar menjawab secara “benar” sesuai dengan keinginan guru, hal ini menunjukkan bahwa pebelajar telah menyelesaikan tugas belajarnya. Evaluasi belajar dipandang sebagi bagian yang terpisah dari kegiatan pembelajaran, dan biasanya dilakukan setelah selesai kegiatan pembelajaran. Teori ini menekankan evaluasi pada kemampuan pebelajar secara individual.
E. Analisa Teori Behavioristik
Pandangan teori behavioristik telah cukup lama dianut oleh para pendidik. Namun dari semua teori yang ada, teori Skinnerlah yang paling besar pengaruhnya terhadap perkembangan teori belajar behavioristik. Program-program pembelajaran seperti Teaching Machine, Pembelajaran berprogram, modul dan program-program pembelajaran lain yang berpijak pada konsep hubungan stimulus-respons serta mementingkan faktor-faktor penguat (reinforcement), merupakan program pembelajaran yang menerapkan teori belajar yang dikemukakan Skiner.
Teori behavioristik banyak dikritik karena teori ini tidak mampu menjelaskan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam hubungan stimulus dan respon. Pandangan behavioristik juga kurang dapat menjelaskan adanya variasi tingkat emosi pebelajar, walaupun mereka memiliki pengalaman penguatan yang sama. Pandangan ini tidak dapat menjelaskan mengapa dua anak yang mempunyai kemampuan dan pengalaman penguatan yang relatif sama, ternyata perilakunya terhadap suatu pelajaran berbeda, juga dalam memilih tugas sangat berbeda tingkat kesulitannya. Pandangan behavioristik hanya mengakui adanya stimulus dan respon yang dapat diamati. Mereka tidak memperhatikan adanya pengaruh pikiran atau perasaan yang mempertemukan unsur-unsur yang diamati tersebut. Teori behavioristik juga cenderung mengarahkan pebelajar untuk berfikir linier, konvergen, tidak kreatif dan tidak produktif. Pandangan teori ini bahwa belajar merupakan proses pembentukan atau shaping, yaitu membawa pebelajar menuju atau mencapai target tertentu, sehingga menjadikan peserta didik tidak bebas berkreasi dan berimajinasi. Padahal banyak faktor yang mempengaruhi proses belajar, proses belajar tidak sekedar pembentukan atau shaping.
Skinner dan tokoh-tokoh lain pendukung teori behavioristik memang tidak menganjurkan digunakannya hukuman dalam kegiatan pembelajaran. Namun apa yang mereka sebut dengan penguat negatif (negative reinforcement) cenderung membatasi pebelajar untuk berpikir dan berimajinasi. Menurut Edwin Guthrie hukuman memegang peranan penting dalam proses belajar. Namun ada beberapa alasan mengapa Skinner tidak sependapat dengan Guthrie, yaitu:
- Pengaruh hukuman terhadap perubahan tingkah laku sangat bersifat sementara.
- Dampak psikologis yang buruk mungkin akan terkondisi (menjadi bagian dari jiwa si terhukum) bila hukuman berlangsung lama.
Hukuman yang mendorong si terhukum untuk mencari cara lain (meskipun salah dan buruk) agar ia terbebas dari hukuman. Dengan kata lain, hukuman dapat mendorong si terhukum melakukan hal-hal lain yang kadangkala lebih buruk daripada kesalahan yang diperbuatnya. Skinner lebih percaya kepada apa yang disebut sebagai penguat negatif. Penguat negatif tidak sama dengan hukuman. Ketidaksamaannya terletak pada bila hukuman harus diberikan (sebagai stimulus) agar respon yang muncul berbeda dengan respon yang sudah ada, sedangkan penguat negatif (sebagai stimulus) harus dikurangi agar respon yang sama menjadi semakin kuat. Misalnya, seorang pebelajar perlu dihukum karena melakukan kesalahan. Jika pebelajar tersebut masih saja melakukan kesalahan, maka hukuman harus ditambahkan. Tetapi jika sesuatu tidak mengenakkan pebelajar (sehingga ia melakukan kesalahan) dikurangi (bukan malah ditambah) dan pengurangan ini mendorong pebelajar untuk memperbaiki kesalahannya, maka inilah yang disebut penguatan negatif. Lawan dari penguatan negatif adalah penguatan positif (positive reinforcement). Keduanya bertujuan untuk memperkuat respon. Namun bedanya adalah penguat positif menambah, sedangkan penguat negatif adalah mengurangi agar memperkuat respons.
KESIMPULAN
Teori behavioristik merupakan teori yang menggunakan hubungan stimulus-responnya dan menganggap orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut. Diantara tokoh-tokoh aliran behavioristik, teori Skinnerlah yang paling besar pengaruhnya terhadap perkembangan teori belajar behavioristik. Program-program pembelajaran seperti Teaching Machine, Pembelajaran berprogram, modul dan program-program pembelajaran lain yang berpijak pada konsep hubungan stimulus-respons, merupakan program pembelajaran yang menerapkan teori belajar yang dikemukakan Skiner.
Teori behavioristik tidak mampu menjelaskan situasi belajar yang kompleks, sebab banyak variabel atau hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan dan/atau belajar yang dapat diubah menjadi sekedar hubungan stimulus dan respon. Pandangan behavioristik juga kurang dapat menjelaskan adanya variasi tingkat emosi pebelajar, walaupun mereka memiliki pengalaman penguatan yang sama. Penerapan teori behaviroristik yang salah dalam suatu situasi pembelajaran mengakibatkan terjadinya proses pembelajaran yang sangat tidak menyenangkan bagi siswa yaitu guru sebagai central, bersikap otoriter, komunikasi berlangsung satu arah, guru melatih dan menentukan apa yang harus dipelajari murid. Metode behavioristik ini sesuai untuk perolehan kemampuan yang membutuhkan praktek dan pembiasaan juga sesuai diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominansi peran orang dewasa.