1) عَنْ أَبِيْ سَعِيْد وَ أَ بِيْ هُرَيْرَ ةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا عَنْ الّنبِيّ قََا لَ: مَا يُصِيْبُ الْمُسْلِمُ مِنْ نَصَبِِ وَ لا هَمّ حَزَ ن وَلا أَ ذ ى وَ لا غَمّ جَتى إِلا كَفَرَ الله بِهَا مِنْ خَطَا يَاهُ (متفق عليه) وَ الوَ صَبُ المَرَ ضُ
Dari Abu Syaid dan Abu Hurairah berkata dari Nabi SAW bersabda: Apa-apa yang menimpa orang muslim dari penyakit, baik penyakit yang menular atau tidak menular dan orang muslim tersebut tidak menyesal, tidak sedih sehingga ia dapat menerima sakitnya, maka Allah SWT akan mengampuni dari kesalahannya. (Muttafaq ‘alaihi)
2) قاَ لَ النبِيّ *** إن عِظَمَ الجَزَا ءِ مَعَ عِظمِ البَلا ءِ وَ إ ن الله تَعَا لى إ ذَا أ حَبَ قَوْ ما ابْتَلا هُمْ فَمَنْ رَضِيَ فَلهُ الرّ ضَا وَمَنْ سَخِط فَلهُ السُخْط (رواه التر مذي و قا ل حد يث حسن)
Bersabda Nabi SAW “Sesungguhnya pahala yang besar itu bersama cobaan yang besar, dan sesungguhnya Allah SWT menyukai umatnya yang apabila ditimpa musibah (cobaan) mereka ridho, maka Allah SWT juga ridho, juga barang siapa yang marah maka Allah juga marah (HR. turmudzi dan hadist hasan).
3) عَنْ أ بيْ هُرَيْرَ ةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أ نّ رَسُوْلُ الله *** قاَ لَ : ليْسَ الشّدِ يْدَ با لصّرَ عَةِ إ نّمَا الشّدِ يْدُ الذِ يْ يَمْلِكُ نَفسَهُ عِنْدَ الغَضَبِ (متفق عليه)
Dari Abi Hurairah radiallahu ‘anhu : Sesungguhnya Rasullullah SAW bersabda “Orang yang kuat itu bukan dengan gulat, bahwasanya orang yang kuat itu adalah orang yang bias mengendalikan dirinya ketika sedang marah (Mutafaq ‘alaihi).
Unsur-unsur ketuhanan yang terdapat pada diri manusia bermula dari konsep ruh. Berdasarkan pemahaman itu, salah satu makna fitrah manusia, dalam QS Al-Rum [30]: 30, adalah pemberian asma’ dan sifat-sifat ketuhanan yang dihembuskan pada diri manusia, sehingga secara potensial manusia memiliki asma’ dan sifat-sifat ketuhanan yang apabila diaktualisasikan akan menimbulkan kepribadian rabbani.
Seperti yang kita ketahui sifat-sifat yang dimiliki oleh Allah terpancar dalam diri manusia. Sabar merupakan salah satu asma’ (nama-nama) dan sifat Allah yang juga dimiliki oleh manusia. Sifat Maha Penyabar merupakan salah satu sifat yang mampu menahan diri dari amarah dan gejolak nafsu, sehingga ia memiliki ketinggian; memiliki kesabaran dalam melaksanakan perintah dan menghadapi musibah.
Sabar biasanya dikaitkan dengan suatu musibah atau cobaan yang diberikan Allah kepada kita. Bahkan ada salah satu istilah yang begitu sering kita dengar, yaitu “orang sabar disayang Tuhan”. Istilah tersebut memang bukan merupakan istilah yang salah karena seperti yang kita tahu Allah memang akan memberi kebahagiaan dalam sebuah kesulitan sebagai hadiah dari bentuk kesabaran.
Meskipun sabar merupakan salah satu sifat yang secara potensial dimiliki oleh setiap orang, tapi tingkat kesabaran seseorang tentunya berbeda-beda. Ada orang yang begitu sabar menghadapi cobaan yang diberikan oleh Allah dan menerimanya dengan ikhlas. Ada juga orang yang tidak sabar menghadapi cobaan yang diberikan oleh Allah, bahkan cobaan tersebut membuat orang itu jauh dari Allah.
“Tidak ada suatu musibah yang menimpa (seseorang), kecuali dengan izin Allah; dan barang siapa beriman kepada Allah , niscaya Allah akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS Al-Taghabun [64]: 11).
Ayat di atas sejatinya mengingatkan kita bahwa segala sesuatu yang terjadi kepada kita adalah seizin Allah. Kita hendaknya berpikir positif atas apa yang terjadi kepada kita. Allah punya rahasia atas apa yang diberikan kepada kita, sebuah hikmah yang terpendam dalam setiap kejadian yang menjadi bagian dari hidup kita.
Melakukan kesabaran memang tidak semudah melakukan suatu kesabaran. Karena sebagai seorang manusia biasa kita tentunya memiliki emosi yang terkadang pada saat tertentu dapat membuat kita hilang kesabaran. Lewat sebuah kisah dari nabi Ayub kita dapat mempelajari tentang sebuah kesabaran.
Seperti yang kita ketahui nabi Ayub diberikan ujian oleh Allah swt. berupa penyakit. Kemudian penyakit tersebut mendatangkan ujian selanjutnya yaitu ketika akhinya nabi Ayub ditinggalkan oleh keluarganya. Nabi Ayub tetap bersabar meskipun ujian yang dia hadapi begitu berat. Nabi Ayub memiliki kepribadian rasuli yang tabah, sabar dan tawakal terhadap musibah yang diberikan oleh Allah SWT; berusaha mencari hikmah yang terkandung dalam musibah, baik berupa penyakit, kemiskinan, maupun penghinaan dari orang lain.
Dari penggalan kisah tersebut, kita dapat mengambil contoh mengenai kesabaran nabi Ayub. Ujian yang kita terima yang kita dapat dari Allah swt. sejatinya tidak membuat kita hilang kesabaran, tetapi ujian tersebut dapat kita jadikan lumbung dalam belajar untuk bersabar.
Seperti dalam ayat berikut :
“dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata “Inna lillahi wa inna illaihi rajiun” (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali). (Al-Baqarah : 155-156)
Ayat di atas mengisyaratkan bahwa tidak ada kehidupan tanpa ujian. Ujian yang akan melahirkan kesabaran. Kehidupan ada untuk melewati sebuah tantangan, artinya kehidupan itu baru namanya hidup jika kita mampu melewati dan menghadapi tantangan yang datang didalam kehidupan kita.
Ketika kita sedang diberikan ujian oleh Allah SWT. ketika kesabaran kita sedang diuji oleh Allah kita hendaknya mengingat ayat sepeti berikut ini :
“dan ingatlah akan hamba Kami Ayub ketika dia menyeru Tuhannya, “Sesungguhnya aku diganggu setan dengn penderitaan dan bencana”. “(Allah befirman,)” Hentakkanlah kakimu ; inilah air yang sejuk untuk mandi dan untuk minum.” “Dan kami anugrahi dia (Dengan mengumpulkan kembali) keluarganya dan kami lipat gandakan jumlah mereka , sebagai rahmat dari kami dan pelajaran bagi orang-orang yang berpikiran sehat. Dan ambillah seikat (rumput) dengan tanganmu, lalu pukullah dengan itu dan janganlah engkau melanggar sumpah. Sesungguhnya kami dapati dia (Ayub) seorang yang sabar. Ialah sebaik-baik hamba. Sungguh ia sangat taat (kepada Allah).
Jelas sekali dalam ayat diatas apabila kita dapat meresapi dan memahaminya, kita dapat mengerti betapa besarnya hikmah dibalik kesabaran seperti yang kita ketahui
Allah punya hadiah untuk hambanya yang bersabar
Sebuah cahaya untuk setiap kegelapan
Sebuah rencana untuk hari esok
Sebuah jalan keluar untuk setiap permasalahan
Dan sebuah kebahagiaan untuk setiap kesedihan
Begitu dalam arti dari kata-kata tersebut. Allah selalu memiliki jalan keluar dan jawaban bagi setiap perjalanan kehidupan hambanya. Mka rasanya tak pantas apabila kita tidak memiliki rasa kesabaran dikala ujian itu datang kepada kita, padahal sesungguhnya kita tahu bahwa Allah memiliki segala jawabannya. Perlu kita yakini bahwa Allah tidak pernah memberikan hambanya ujian diluar batas kemampuan hambanya. Satu hal lagi yang terpenting bahwa Allah tidak akan memberikan ujian kepada hambanya tanpa arti.
Rasulullah saw menganjurkan kepada kaum muslim agar dapat mengendalikan emosi kemarahan. Diriwayatkan dari Abu hurairah ra, Seorang laki-laki berkata kepada nabi saw, “berwasiatlah untukku!” nabi saw lalu berkata, “jangan sekali-kali kamu marah!” orang itu lalu mengulang permohonannya. Rasulullah saw berkata “jangan sekali-kali kamu marah!”
Hadis di atas kembali memberikan contoh bagi kita untuk bersabar. Bersabar bukan hanya ketika kita diberikan ujian oleh Allah, tetapi bersabar juga dapat dilakukan ketika kita menginginkan sesuatu. Sesuatu yang kita inginkan tidaklah selalu seperti yang kita bayangkan. Tidak semua yang kita inginkan dapat terwujud dengan cepat, untuk itu kita harus bersabar. Ketika kita melakukan sesuatu dengan sabar, hal yang kita lakukan dengan sabar akan menghasilkan sesuatu yang optimal. Tetapi apabila kita melakukan hal dengan tergesa-gesa maka yang kita hasilkan tidak akan seoptimal yang kita harapkan.
Macam-Macam Sabar
Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin rahimahullah berkata, “Sabar itu terbagi menjadi tiga macam:
1. Bersabar dalam menjalankan ketaatan kepada Allah
2. Bersabar untuk tidak melakukan hal-hal yang diharamkan Allah
3. Bersabar dalam menghadapi takdir-takdir Allah yang dialaminya, berupa berbagai hal yang menyakitkan dan gangguan yang timbul di luar kekuasaan manusia ataupun yang berasal dari orang lain (Syarh Tsalatsatul Ushul, hal. 24)
Sebab Meraih Kemuliaan
Di dalam Taisir Lathifil Mannaan Syaikh As Sa’di rahimahullah menyebutkan sebab-sebab untuk menggapai berbagai cita-cita yang tinggi. Beliau menyebutkan bahwa sebab terbesar untuk bisa meraih itu semua adalah iman dan amal shalih.
Di samping itu, ada sebab-sebab lain yang merupakan bagian dari kedua perkara ini. Di antaranya adalah kesabaran. Sabar adalah sebab untuk bisa mendapatkan berbagai kebaikan dan menolak berbagai keburukan. Hal ini sebagaimana diisyaratkan oleh firman Allah ta’ala, “Dan mintalah pertolongan dengan sabar dan shalat.” (QS. Al Baqarah [2]: 45).
Yaitu mintalah pertolongan kepada Allah dengan bekal sabar dan shalat dalam menangani semua urusan kalian. Begitu pula sabar menjadi sebab hamba bisa meraih kenikmatan abadi yaitu surga. Allah ta’ala berfirman kepada penduduk surga, “Keselamatan atas kalian berkat kesabaran kalian.” (QS. Ar Ra’d [13] : 24).
Allah juga berfirman, “Mereka itulah orang-orang yang dibalas dengan kedudukan-kedudukan tinggi (di surga) dengan sebab kesabaran mereka.” (QS. Al Furqaan [25] : 75).
Selain itu Allah pun menjadikan sabar dan yakin sebagai sebab untuk mencapai kedudukan tertinggi yaitu kepemimpinan dalam hal agama. Dalilnya adalah firman Allah ta’ala, “Dan Kami menjadikan di antara mereka (Bani Isra’il) para pemimpin yang memberikan petunjuk dengan titah Kami, karena mereka mau bersabar dan meyakini ayat-ayat Kami.” (QS. As Sajdah [32]: 24) (Lihat Taisir Lathifil Mannaan, hal. 375)
Sabar dan Kemenangan
Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin rahimahullah berkata, “Allah ta’ala berfirman kepada Nabi-Nya, “Dan sungguh telah didustakan para Rasul sebelummu, maka mereka pun bersabar menghadapi pendustaan terhadap mereka dan mereka juga disakiti sampai tibalah pertolongan Kami.” (QS. Al An’aam [6]: 34).
Semakin besar gangguan yang diterima niscaya semakin dekat pula datangnya kemenangan. Dan bukanlah pertolongan/kemenangan itu terbatas hanya pada saat seseorang (da’i) masih hidup saja sehingga dia bisa menyaksikan buah dakwahnya terwujud. Akan tetapi yang dimaksud pertolongan itu terkadang muncul di saat sesudah kematiannya. Yaitu ketika Allah menundukkan hati-hati umat manusia sehingga menerima dakwahnya serta berpegang teguh dengannya. Sesungguhnya hal itu termasuk pertolongan yang didapatkan oleh da’i ini meskipun dia sudah mati.
Maka wajib bagi para da’i untuk bersabar dalam melancarkan dakwahnya dan tetap konsisten dalam menjalankannya. Hendaknya dia bersabar dalam menjalani agama Allah yang sedang didakwahkannya dan juga hendaknya dia bersabar dalam menghadapi rintangan dan gangguan yang menghalangi dakwahnya. Lihatlah para Rasul shalawatullaahi wa salaamuhu ‘alaihim. Mereka juga disakiti dengan ucapan dan perbuatan sekaligus.
Allah ta’ala berfirman yang artinya, “Demikianlah, tidaklah ada seorang Rasul pun yang datang sebelum mereka melainkan mereka (kaumnya) mengatakan, ‘Dia adalah tukang sihir atau orang gila’.” (QS. Adz Dzariyaat [51]: 52). Begitu juga Allah ‘azza wa jalla berfirman, “Dan demikianlah Kami menjadikan bagi setiap Nabi ada musuh yang berasal dari kalangan orang-orang pendosa.” (QS. Al Furqaan [25]: 31). Namun, hendaknya para da’i tabah dan bersabar dalam menghadapi itu semua…” (Syarh Tsalatsatul Ushul, hal. 24
TINJAUAN PSIKOLOGI
Sabar adalah pilar kebahagiaan seorang hamba. Dengan kesabaran itulah seorang hamba akan terjaga dari kemaksiatan, konsisten menjalankan ketaatan, dan tabah dalam menghadapi berbagai macam cobaan. Sabar juga berarti meneguhkan diri dalam menjalankan ketaatan kepada Allah, menahannya dari perbuatan maksiat kepada Allah, serta menjaganya dari perasaan dan sikap marah dalam menghadapi takdir Allah.
Contohnya sabar dalam menuntut ilmu. Betapa banyak gangguan yang harus dihadapi oleh seseorang yang berusaha menuntut ilmu. Maka dia harus bersabar untuk menahan rasa lapar, kekurangan harta, jauh dari keluarga dan tanah airnya. Sehingga dia harus bersabar dalam upaya menimba ilmu dengan cara menghadiri pengajian-pengajian, mencatat dan memperhatikan penjelasan serta mengulang-ulang pelajaran dan lain sebagainya. Belajar itu sendiri dapat diartikan sebagai proses perubahan yang relatif menetap sebagai hasil dari pengalaman.
“Ilmu itu tidak akan didapatkan dengan banyak mengistirahatkan badan”, sebagaimana tercantum dalam shahih Imam Muslim. Terkadang seseorang harus menerima gangguan dari orang-orang yang terdekat darinya, apalagi orang lain yang hubungannya jauh darinya, hanya karena kegiatannya menuntut ilmu. Tidak ada yang bisa bertahan kecuali orang-orang yang mendapatkan anugerah ketegaran dari Allah.
Berdasarkan dalam pandangan psikologi, hal ini juga berkaitan dengan emosi seseorang. Emosi adalah perasaan senang atau tidak senang yang mendalam, lebih luas dan lebih terarah. (Abdul Rahman Saleh, Psikologi Umum, hal. ) Dalam menghadapi segala macam kejadian dalam hidup ini kita harus memiliki kecerdasan emosi karena inti kemampuan pribadi dan sosial yang merupakan kunci utama keberhasilan seseorang adalah kecerdasan emosi. Bersikap sabar merupakan salah satu ciri kecerdasan emosi. Apabila seseorang mampu bersabar dalam menghadapi segala macam emosi seperti marah, benci, dan sebagainya, seseorang tersebut akan merasakan ketenangan dalam dirinya dan niscaya Allah akan meridhoi atas kesabarannya .
Sigmund Freud mengatakan bahwa dalam diri seseorang terdapat 3 sistem kepribadian, yang disebut id, ego, dan super ego. Id adalah bagian kepribadian yang menyimpan dorongan-dorongan biologis manusia. Id selalu berprinsip memenuhi kesenangannya sendiri. Sistem kepribadian yang kedua adalah ego, ego berfungsi menjembatani tuntutan-tuntutan id dengan realitas dunia luar. Sistem kepribadian yang ketiga adalah super ego, menghendaki agar dorongan-dorongan tertentu saja dari id yang direalisasikan.
JIWA KEPRIBADIAN
1. Ketidak sadaran 1. Id
2. Ambang sadar 2. Ego
3. Kesadaran 3. Super Ego
Dalam soal seks, Frued menyatakan bahwa satu-satunya hal yang mendorong kehidupan manusia dalah dorongan libido seksual. Sedangkan dalam sumber yang lain Syaikh Zaid bin Muhammad bin Hadi Al Madkhali mengatakan, “Bersabar menahan diri dari kemaksiatan kepada Allah, sehingga dia berusaha menjauhi kemaksiatan, karena bahaya dunia, alam kubur dan akhirat siap menimpanya apabila dia melakukannya. Dan tidaklah umat-umat terdahulu binasa kecuali karena disebabkan kemaksiatan mereka”. Jadi kita sebagai umat Islam harus sabar dan mampu menahan diri dari hal-hal yang bertentangan dengan agama kita.
Jadi kesabaran dalam diri manusia berperan penting dalam proses kehidupan ini, karena jika tidak adanya kesabaran seseorang akan menderita konflik batin yang terus menerus dan dapat mengganggu kepribadian orang yang bersangkutan antara lain dapat berbentuk gangguan-gangguan kejiwaan yang disebut psikoneurosis.
KESIMPULAN
Sabar adalah sikap untuk menerima apapun yang terjadi dengan keyakinan bahwa segala peristiwa itu ada hikmahnya dan segala sesuatu itu terjadi atas sepengetahuan-Nya. Sabar akan memberikan kekuatan mental untuk menghadapi berbagai permasalahan dengan sikap optimis bahwa segala permasalahan itu ada jalan keluarnya.
Kristalisasi Iman, Syukur dan Sabar dalam menghadapi permasalahan dan tekanan hidup mengejawantah dalam sikap sebagai berikut :
1. Tuhan yang memberikan bahaya dan kebaikan, tidak seorang pun dapat menghalanginya.
2. Tuhan tidak akan pernah menguji hal-hal diluar batas kemampuan kita.
3. Kemampuan yang kita miliki yang merupakan anugerah Tuhan dan sesungguhnya kemampuan yang kita miliki tersbut melebihi dari apa yang kita perkirakan.
4. Sedikit musibah/bencana adalah pencegah untuk munculnya bencana atau musibah yang lebih besar.
5. Sebuah bencana/musibah akan melatih kita untuk semakin kuat dan tabah sehingga mampu mengambil beban dan tanggung jawab yang lebih besar dikemudian hari.
6. Kita diberi rasa kecewa, cemas dan takut agar kita lebih dekat kepada-Nya.
7. Apapun yang terjadi sesungguhnya atas sepengetahuan-Nya. Itu bisa berupa ujian, musibah, petaka, atau peringatan tergantung dari bagaimana kita meresponnya.
8. Jangan pernah berputus asa dari Rahmat-Nya, berprasangka baiklah kepada-Nya. Sikap ini akan membangun enerji positif.
9. Apabila sesuatu sudah terjadi itu adalah takdir dan pasti ada hikmahnya. Hanya mereka yang beriman, syukur dan sabar yang mampu mengambil hikmah positif dari setiap peristiwa dan takdir yang terjadi.
10. Diatas segala-galanya sesungguhnya Tuhan itu Maha Pengasih lagi Maha Penyayang dan janganlah pernah berputus asa dari Rahmat-Nya. Sikap ini akan membangun ketangguhan mental dan menumbuhkan optimisme hidup.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar