Laman

Minggu, 05 Februari 2012

Seperti Alkohol dan Rokok, Gula Juga Berbahaya

Ghiboo.com - Gula dianggap 'racun' dan bersifat adiktif layaknya alkohol dan rokok, sehingga perlu ada peraturan khusus yang mengaturnya, demikian yang dilansir melalui Dailymail, Kamis (2/2).
Menurut peneliti dari University of California, kebijakan baru terhadap penjualan gula seperti penetapan pajak dan perundang-undangan perlu diambil guna mengontrol pengonsumsiannya.
Peneliti menganggap kebijakan ini penting, karena seseorang yang kecanduan gula dapat memicu masalah kesehatan, seperti obesitas, penyakit jantung dan liver. Tak hanya itu, peneliti juga mengklaim sekitar 35 juta orang meninggal dunia setiap tahun di seluruh dunia akibat tak terkendalinya pengonsumsian gula.
Peneliti juga mengingatkan bahwa kini masalah obesitas merupakan masalah yang lebih besar dibandingkan malnutrisi di seluruh dunia. Terbukti, konsumsi gula di seluruh dunia meningkat tiga kali lipat selama 50 tahun terakhir dan dianggap sebagai penyebab cikal bakal obesitas.
Gula tidak hanya membuat orang menjadi gemuk, tetapi juga mengubah metabolisme tubuh, menaikkan tekanan darah, membuat hormon tidak seimbang dan membahayakan liver.
Pimpinan peneliti Robert Lusting mengungkapkan menyuruh anak-anak untuk menjaga pola makan dan melakukan olahraga rutin serta membatasi distribusi produk makanan minuman manis bukanlah cara yang efektif.
Penelitian ini menyarankan agar pemerintah mengenakan pajak dua kali lipat untuk penjualan produk dengan gula tinggi, menetapkan usia pembeli (di atas 17 tahun) dan memperketat pengawasan penjualan otomatis dan snack bar yang mengandung gula tinggi di sekolah.


referensi: http://id.she.yahoo.com/seperti-alkohol-dan-rokok-gula-juga-berbahaya-114122827.html

Sabtu, 04 Februari 2012

High Heels bagi Ibu Hamil Pengaruhi Kondisi Janin?

TRIBUNNEWS.COM, MAKASSAR - Mengenakan sepatu hak tinggi atau high heels memang akan membuat wanita tampil lebih percaya diri. Namun bagaimana halnya jika perempuan hamil yang sering mengenakan high heels? Apakah kebiasaan memakai sepatu tinggi itu dapat memengaruhi janin didalam kandungan si ibu?
Menurut dr Nasruddin AM SpOG, dokter spesialis kebidanan dan kandungan, penggunaan sepatu atau sandal tinggi (high heels) pada kehamilan tidak memberi pengaruh atau dampak pada janin. Pengaruh yang kurang baik sebenarnya bukan pada janin, namun kondisi rahim tempat janin berkembang.
"Sepatu atau sandal yang tinggi menyebabkan perubahan anatomi dan fisiologi otot dan rangsang saraf tungkai bawah yang selanjutnya berpengaruh pada rahim," kata Nasruddin yang juga Wakil Dekan III Fakultas Kedoktern Universitas Muslim Indonesia Makassar ini.
Keluhan umum yang dapat dirasakan adalah kontraksi rahim atau nyeri tulang belakang yang berulang.
Nah, jika hal ini dibiarkan maka akan memicu ancaman abortus atau persalinan prematur. Namun kondisi ini tidak secara otomatis terjadi, juga sangat tergantung kondisi fisik wanita hamil.


Laporan Wartawan Tribun Timur, Suryana Anas